Kamis, 05 Desember 2013

Bukit Kapur Kawah Putih Tinggi Raja



Sumatera Utara, sebuah wilayah yang terletak di kepulauan Sumatera yang merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang beribukotakan Medan. Merupakan suatu wilayah yang banyak memiliki cagar-cagar alam yang eksotis, salah satunya adalah Kabupaten Simalungun tepatnya di Desa Dolok Tinggi Raja, terdapat sebuah cagar alam yang eksotis dan mempesona mata kita. Masyarakat biasa menyebut Bukit Kapur atau Kawah Putih Tinggi Raja. Saat ini tempat ini sudah tidak asing lagi, karena sudah banyak masyarakat beramai-ramai datang ketempat ini untuk melihat keindahan serta keunikan dari cagar alam tinggi raja ini.

Bukit kapur ini secara keseluran memiliki luas sekitar 167 ha dan merupakan kawasan wisata alam yang terkenal dengan keasrian alam dan keunikan pemandian air panasnya. Semburan air panas dari perut bumi membentuk kawah kecil di hamparan batu kapur, terus mengalir menuju sungai Bah Balakbak. Lokasi semburan air panas itu berpindah-pindah. Uniknya terdapat juga danau kecil yang terbentuk dari kawah air panas berwarna putih, biru kehijau-hijauan akibat pantulan cahaya dari langit.

Beberapa pendapat mengatakan, jika sobat mandi atau berendam di danau ini, maka yang namanya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kurap dan sebagainya akan segera hilang dikarenakan air panasnya yang mengandung zat belerang. Bukit Kapur Tinggi Raja adalah sebuah bukit kapur yang sangat putih seperti salju. Dan di bagian bawah bukit kapur ini terdapat air sungai Bah Balakbak yang sangat sejuk dan dingin dengan pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung). Potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukit dengan luas mencapai 35 ha. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku.

Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil.

Cerita unik dari masyarakat setempat, ternyata ada larangan-laarangan di tempat ini, mata air panas yang keluar dari perut bumi ini cukup untuk kita bisa merebus telur di sumber air panas itu, tapi jika kita merebus telur lebih dari satu dan jumlahnya telur yang kita rebus tadi tiba-tiba berkurang jangan langsung marah karena menurut mitos telur yang hilang itu diambil oleh penunggu bukit untuk sesajinya. Jadi pernah ada pemuda yang tiba-tiba menghilang karena dia salah ucap, gara-gara telur yang direbusnya hilang dan dia bilang kalau penunggu tempat itu adalah pencuri. Akhirnya dia bisa kembali lagi karena si Opung (penjaga lokasi) harus melepas seekor kambing sebagai gantinya.

Selain itu ada ikan yang hidup di danau air panas tersebut, sobat juga bisa melihat ikan yang hidup di air panas tersebut, jika sobat datang ke lokasi pagi hari, agar bisa mencari umpan untuk memancing ikan tersebut keluar, dan sobat akan bisa melihatnya.

Yang lebih menarik lagi, ada legenda tersendiri oleh masyarakat setempat dalam proses terbentuknya Bukit Kapur dan Kawah Putih Tinggi Raja ini. Puluhan tahun silam penduduk Tinggi Raja becocok tanam padi dengan beramai-ramai. Setelah prosesi menanam padi itu selesai, masyarakatpun berpesta dan berdoa agar panennya kelak berhasil. Pada saat yang sama, ada seorang nenek renta yang juga penduduk kampung itu tidak memiliki sanak keluarga. Dia tidak bisa lagi bertani seperti yang lain, bahkan untuk hadir ke pesta tanampun tidak bisa.

Kemudian pemimpin kampung itu meminta seorang pemuda lajang dan seorang anak kecil untuk mengantarkan makanan dari pesta. Namun, ditengah perjalanan pemuda dan anak kecil tadi memakan makanan titipan untuk sang nenek hingga tersisa tulang belulang. Akhirnya nenek itu marah, diambilnya tempurung kelapa dan dipukul-pukul menjadi sebuah irama, diambilnya seekor kucing dan kemudian ditarik-tarik sambil menari. Kucing itu disiksanya sampai akhirnya keluar air dari berbagai sisi karena murka sang nenek dan kucing itu. Akhirnya penduduk berlarian ke kampung atas untuk menghidari air yang keluar di halaman-halaman rumah mereka. Hingga saat ini, kucing menjadi binatang yang dikeramatkan di Tinggi Raja.
5 Celoteh Rimba: 2013 Sumatera Utara, sebuah wilayah yang terletak di kepulauan Sumatera yang merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang beri...

Selasa, 10 September 2013

Air Terjun Pelangi Indah


Salam Petualang…
Kini saya dan Team JEJAK Adventure kembali ke Deli Serdang, setelah kunjungan yang lalu ke Danau Linting, saatnya kami menyulusuri Desa Tanjung Timur, sebuah surga dunia telah tercipta di tempat ini, subuah karya Tangan Tuhan telah terjadi pula di tempat ini.

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Utara Indonesia, di tempat ini pula banyak terdapat keajaiban-keajaiban alam baik yang sudah kenal khalayak ramai maupun yang belum terjamah. Kecamatan Senembah Tanjung Muda Hulu (STM Hulu) tepatnya di Desa Tanjung Timur ternyata terdapat sebuah air terjun yang menarik warga sekitar manyebutnya Air Terjun Pelangi, tahukah sobat kenapa diberi nama air terjun pelangi? Menurut sumber yang Jejak dapat jika sobat berkunjung ke air terjun pelangi ini dan sobat lagi bernasib beruntung maka sobat akan melihat pelangi yang menghiasi lokasi dekat air terjun ini. Pelangi yang dimaksud disini bukan hal-hal magic atau kekuatan-kekuatan gaib, tapi pelangi ini dapat dilihat jika cuaca langit yang cerah dengan pantulan cahaya matahari yang langsung menuju ke air terjun sehingga membiaskan cahaya yang membentuk warna-warna seperti pelangi. Untuk menikmati momen seperti ini sangat sulit, hanya orang beruntunglah yang bisa menikmatinya.

Air terjun pelangi ini bisa di katakan air terjun bertingkat, karena dilokasi ini sobat bukannya hanya disuguhkan satu pemandangan air terjun tapi lebih dari itu. Itu disebabkan setiap air yang mengalir dari sumber aliran sungai ini menuju lembah-lembah bebatuan, sehingga air yang mengalir dan jatuh dari atas bebatuan ini membentuk pancuran sebuah air terjun dan kemudian air yang berasal dari air terjun diatasnya mengalir menuju lembah yang rendah dibawahnya dan menghsilkan hal yang sama bagitu seterusnya. Jika diamati lebih kurang ada tiga aliran air sungai ini membentuk air terjun, air terjun yang pertama yang paling atas tingginya sekitar lebih kurang 2 meter, kemudian air yang berasal dari air terjun yang pertama mangalir kebawah menuju lembah bebatuan dan membentuk air terjun yang ketinggiannya lebih kurang 4 meter, di air terjun yang kedua ini terdapat dua lokasi yang berbeda tapi berdekatan, yang satu berarus cukup deras dan yang kedua tidak terlalu deras tapi melebar mengikuti bebatuan yang dilaluinya sehingga menyebar mengikuti mengisi ruang-ruang terendah, jika di gambarkan lokasi ini berbentuk seperempat lingkaran. Air yang jatuh dari air terjun kedua ini mengalir kelembah bebatuan yang lebih rendah dan membentuk air terjun dengan ketinggian lebih kurang 3 meter. 

Selain air terjun bertingkat yang kita bahas diatas tadi, di lokasi ini terdapat bebatuan-bebatuan besar yang menjadi pemandangan menarik, karena bebatuan ini memiliki ornamen-ornamen yang terbentuk oleh sentuhan alam.

Untuk menuju lokasi air terjun pelangi ini sobat bisa melalui Delitua – Patumbak – Talun Kenas – Tiga Juhar - Sei Guci – Kuta Jurung – Sibunga bunga Hilir – Tanjung Timur. Untuk masuk kedalam lokasi ini treknya kurang baik, karena belum ada pengaspalan dan kita harus melalui perkebunan warga sekitar yang aksesnya masih tanah liat dan bebatuan jalan yang tidak mulus membuat kita harus berusaha keras dan berhati-hati, apalagi jika situasi hujan maupun setelah hujan jalan akan menjadi licin.

Untuk masuk kelokasi air terjun pelangi sobat akan dikenakan biaya retibusi sebesar 5.000/kenderaan roda dua, biaya tersebut sudah termasuk biaya parkir kenderaan. Setelah itu sobat harus berjalan kaki menurunin anak-anak tangga yang tersedia, hanya sekitar 5 menit sobat akan sampai ke lokasi utama yang ditujuh, disini sobat akan melihat dan mendengarkan gemericikan suara air mengalir dari tebing-tebing bebatuan.
5 Celoteh Rimba: 2013 Salam Petualang… Kini saya dan Team JEJAK Adventure kembali ke Deli Serdang, setelah kunjungan yang lalu ke Danau Linting, saatnya kami...

Minggu, 30 Juni 2013

Bukit Kapur dan Air Panas Sipoholon, Tarutung


Salam Petualang…
Kali ini saya dan sobat-sobat Jejak Adventure mencoba merambah di wilayah Tarutung yang terdapat di kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Tujuan kali ini adalah Sumber Air Panas Sipoholon atau sering disebut dengan Pemandaian Air Panas Sipoholon. Sumber air panas Sipoholon ini tidak jauh dari kota Tarutung, tepatnya kelurahan Situmeang Habinsaran Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

Selain sumber air panas debu-debu yang ada di Kabupaten Karo dan sudah tidak asing lagi bagi sobat yang tinggal di kota Medan dan sekitarnya. Air panas Sipoholon juga tidak kalah menariknya dengan pemandian air panas debu-debu. Sumber Air Panas Sipoholon berada di daerah perbukitan kapur. Suhu air yang dihasilkan oleh perbukitan kapur ini cukup tinggi yaitu bisa mencapai sekitar 70 derajat Celsius. Suhu ini memang cukup panas untuk berendam. Air panas Sipoholon ini mengandung soda dan sulfur belerang yang dipercaya oleh masyarakat setempat dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan juga dapat menyehatkan kulit dan membuat kulit menjadi lebih halus dan cerah. Selain sobat dapat menikmati hangatnya mata air panas alami di Sipoholon, di sini sobat juga bisa menikmati pemandangan perbukitan kapur yang indah. Perbukitan kapur yang tidak kalah indahnya dengan Bukit Kapur Tinggi Raja atau sering dikenal dengan Kawah Putih Tinggi Raja yang ada di Simalungun, Sumatra Utara.

Diatas bukit kapur itulah sumber-sumber mata air panas itu berasal yang merupakan lepasan dari Gunung Martimbang yang terletak tidak jauh dari lokasi. Sebelum kami menikmati hangatnya air panas Sipoholon, tim mencoba menelusuri bukit kapur tersebut untuk mengobati rasa keingin tahuan tentang sumber mata air tersebut, dan kamipun harus tetap berhati-hati ketika melintas di bukit kapur yang beraromakan belerang itu karena trek cukup licin dan harus melintasi aliran-aliran air panas yang keluar langsung dari sumber mata airnya. Ternyata setelah sampai di puncak bukit kapur sipoholon ini kami dapat melihat pemandangan kota Sipoholon secara luas dengan berbagai tekstur bangunan rumah penduduk dan kenderaan-kenderaan yang melintasi di jalur lintas Sipoholon, karena lokasi ini tidak jauh dari jalan lintas sehingga lokasi ini dapat juga terlihat jika kita melintas jalur lintas ke Tarutung.

Setelah ditelusuri kami pun menemukan beberapa sumber mata air panas tersebut salah satunya terdapat dibawah batu yang menyerupai gua disitu terlihat seperti air yang mendidih yang meluap-meluap. Selain itu kami juga melihat bongkahan-bongkahan batu kapur yang ditambang oleh masyarakat setempat sehingga bukit-bukit kapur itu mulai terkikis sedikit demi sedikit, mungkin beberapa tahun kedepan bukit kapur Sipoholon akan hilang karena selalu ditambang oleh masyarakat sebagai mata pencarian mereka, yang kami kawatirkan jika itu terjadi terus maka icon sumber air panas Sipoholon itu akan hilang jika tidak ada kesadaran demi kelangsungan wisata alam tersebut. Dan di bukit kapur ini terlihat sampah-sampah yang berserakan dari bungkusan makanan pengunjung yang tidak bertanggung jawab untuk menajaga kebersihan dan keasriaannya. Karena kurangnya perhatian dan kesadaran wisatawan terhadap kebersihan lingkungan alam khusunya obyek wisata yang mereka kunjungi ini akan menjadikan icon wisata yang buruk untuk kedapannya.

Setelah lelah menelusuri bukit kapur Sipoholon tim mulai bergegas kembali kelokasi pemandian air panas tersebut untuk menikmati hangatnya sumber air panas Sipoholon. Hampir di setiap rumah penduduk  yang tinggal dekat berdiri sumber mata air panas mempunyai kolam permandian sendiri dan bisa disewakan kepada pengunjung yang ingin beredam dan bersantai di tempat ini. Penduduk memanfaatkan sumber air panas ini dengan membuat aliran-aliran yang dibantu dengan bambu-bambu yang kemudian di alirkan ke kolam-kolam pemandian yang mereka kelola.

Jika sobat-sobat ingin ke Tarutung tidak salahnya sobat juga mampir sejenak untuk menikamti kehangatan air panas Sipoholon. Untuk masuk kelokasi ini sobat tidak dikenakan biaya retibusi masuk, sebagai gantinya jika sobat tidak keberatan sobat dapat belanja atau menikmati jajanan dan minuman yang telah disuguhkan disetiap lokasi yang jadi pilihan sobat untuk menikmati hangatnya air panas Sipoholon.

Pesan buat semua khususnya penikmat alam “JANGAN MENINGGALKAN APAPUN KECUALI TAPAK ATAU JEJAK (Leave nothing but foot print), kalimat ini adalah salah satu butir dari kode etik Petualang di alam bebas yang bertujuan untuk menjaga kebersihan dan keasrian alam atau wisata alam di mana kita berkunjung.
5 Celoteh Rimba: 2013 Salam Petualang… Kali ini saya dan sobat-sobat Jejak Adventure mencoba merambah di wilayah Tarutung yang terdapat di kabupaten Tapanuli U...

Senin, 27 Mei 2013

Inilah Air Soda satu-satunya di Indonesia


Air soda, selama ini kita akrab mengenal dan mendengar air soda adalah sebagai hasil karbonasi untuk minuman. Namun, pernahkah sobat mendengar kolam atau pemandian Air Soda ?

Kota Tarutung Lembah bercawan atau disebut dengan istilah Orang Batak “Rura Silindung” terletak di daerah Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara. Banyak orang mengatakan bahwa kota Tarutung hanya tinggal selapis lagi dari permukaan bumi. Anggapan masyarakat itu lahir karena permukaan tanah yang sangat dangkal serta penuh dengan bebatuan.

Disertai dengan pegunungan yang mengelilingi kota lembah ini membuat suasana di sekitar daerah ini terlihat berkabut dan seakan dekat dengan langit, udara yang sejuk keindahan alam yang mempesona mata memandang. Tarutung merupakan daerah yang menyimpan banyak keindahan alam. Salah satunya di daerah ini dikenal dengan adanya mata Air Soda atau masyarakat setempat meyebutnya “Aek Rara”.

Mata Air Soda Tarutung terletak di kaki bukit daerah Tarutung Desa Parbubu I Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Mata air soda ini hanya berjarak satu kilometer dari pusat kota Tarutung. Namun karena kurangnya publikasi dari pemerintah setempat, banyak sobat-sobat  tidak mengetahui ini.

Mata Air Soda ini telah menjadi obyek wisata pemandian yang sering di kunjungi oleh sobat-sobat setempat. Karena informasi dari masyarkat setempat masih sangat jarang ditemukan para wisatawan luar untuk berkunjung ke obyek wisata di daerah ini. Seandainya pemandian air soda itu dikembangkan dan dibangun dengan pelayanan yang lebih baik. Maka tidak menutup kemungkinan tempat pemandian ini akan menjadi salah satu icon wisata penting bagi Masyarakat Tarutung dan bahkan Indonesia sendiri.

Pemandian Air Soda itu memiliki keunikan tersendiri. Sebab berada di lokasi persawahan masyarakat yang terbentang luas dan sawah itu sendiri dialiri oleh air Soda. Sumber air Soda muncul dari dalam tanah dan secara terus menerus sehingga airnya berganti setiap detik dengan debit air yang cukup banyak. Mata air soda tersebut merupakan fenomena unik di Dunia, karena selain ada di Indonesia tepatnya di Kabupaten Tapanuli Utara, ternyata mata air soda juga ada di Negara Venezuella, dan hanya dua Negara ini yang memiliki fenomena alam tersebut.

Air soda ini bukanlah buatan manusia. Namun, murni ke luar dari sumber di kaki Bukit Parbubu I, di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Memiliki aroma dan bergelembung menyerupai soda. Meski demikian, rasanya tawar dan tidak melekat di kulit. Air soda di pemandian ini berwarna merah. Jika sobat mandi di pemandian ini, tubuh kita akan berbusa akibat gelembung-gelembung yang keluar dari dasar air tersebut, Air soda ini bisa membuat kulit halus dan badan terasa ringan, walaupun jika mata sobat terkena air soda ini akan terasa pedih, tapi sobat tidak akan merasa bosan untuk dapat merasakan hangatnya air soda ini, sobat tidak dikenakan biaya sobat dapat dengan bebas mandi dan berenang selama apapun di pemandian air soda ini.

Berdasarkan cerita rakyat pemandian Air Soda yang ada di daerah Parbubu Tarutung adalah pemandian air soda satu-satunya yang ada di Indonesia. Pemandian ini sudah dikelola dan dikembangkan sejak tahun 1976 menjadi Obyek Wisata, yang dikelola oleh Minar Sihite (Op. Ridoi Tobing/br Sihite).

Minar Shite adalah seorang bidan yang pulang ke kampang halaman di Tarutung. Tanpa diduga ibu tersebut berjalan ke lokasi air soda yang ditumbuhi semak belukar dan menemukan air soda di daerah tersebut.

Suatu waktu dia pernah bermimpi didatangi oleh Sahala Oppung yang mengatakan bahwa dia diberikan wasiat untuk mengembangkan tempat itu. Dengan mempersiapkan tujuh pohul itak (lampet) dibungkus daun pisang sebagai persembahan untuk permisi kepada pengisi alam saat itu.

Dengan usaha sendiri kala itu jadilah suatu tempat pemandian air soda yang ramai didatangi oleh pengunjung dan masyarakat sekitar. Tempat ini pernah tidak efektif digunakan beberapa ketika tanggal 29 April 1989 di timpa longsor. Tanpa ada campur tangan dari pemerintah setempat untuk memperbaiki kerusakan saat itu. Dan dengan usaha sendiri ibu minar membangun kembali tempat tersebut. Meski banyak tantangan serta larangan dari pemerintah setempat maupun dari masyarakat sekitar yang mengklaim itu adalah milik dari pemerintah serta milik warisan dari marga-marga, ibu Minar boru Sihite tetap mempertahankan serta mengembangkan tempat ini menjadi obyek wisata yang terkenal dari Tapanuli Utara sampai saat ini.

Mitos lain yang beredar di masyarakat berkaitan dengan air soda bahwa ditengah kolam tersebut terdapat sebongkah batu yang didalam batu itu tinggal seekor ular Naga, dan bagi orang yang mandi ke kolam tersebut akan jatuh sakit.

Pada masa penjajahan Jepang di Tarutung, tentara Jepang tidak percaya atas kebenaran mitos tersebut. Tentara Jepang tidak percaya dengan hal-hal gaib dan menganggab bahwa mitos tersebut hanyalah isapan jempol semata. Namun sebaliknya beberapa tentara Jepang yang mandi dilokasi tersebut ada yang sakit bahkan meninggal dunia.

Akibatnya, Tentara Jepang marah dan berusaha menghancurkan dengan membom bongkahan batu yang berada ditengah-tengah kolam tersebut yang diyakini masyarakat sekitar di diami seekor ular Naga. Ketika batu tersebut di ledakkan oleh tentara Jepang, dari dalam batu tersebut keluar air yang berwarna merah yang diyakini sebagai darah ular Naga. Air berwarna merah layaknya seperti darah tadi lama kelamaan memenuhi kolam tersebut, sehingga kolam berubah menjadi warna merah, yang oleh masyarakat disebut “aek rara”(air merah) dan inilah awal sebutan lain terhadap Air Soda.

Cerita mitos tersebut lama kelamaan dilupakan oleh masyarakat setempat, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih. Bahkan beberapa generasi muda setempat ataupun warga Tarutung hampir tidak mengetahui adanya mitos ini. Kini, ‘Aek Rara’ yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Air Soda’.

Dari sejarah atau mitos yang telah ada, sobat boleh mempercayainya atau tidak, tapi kita yakin semua apapun yang terjadi diatas bumi ini adalah tidak luput dari tangan Tuhan, karena Dia-lah yang Maha Kuasa.
5 Celoteh Rimba: 2013 Air soda, selama ini kita akrab mengenal dan mendengar air soda adalah sebagai hasil karbonasi untuk minuman. Namun, pernahkah sobat men...

Kamis, 02 Mei 2013

Ada Goa yang berdekatan dengan Danau!!


Salam petualang..
Bagaimana kabarnya dan bagaimana petualangan sahabat sekalian, kini saya coba kembali lagi dengan celoteh-celoteh yang tidak seberapa sebagai cerita dan berbagi informasi yang berkenaan dengan perjalanan yang saya lakukan buat mengisi waktu senggang dan bisa di katakan sebagai liburan akhir pekan.

Mungkin Sobat sudah pernah dengar ataupun berkunjung ke objek wisata Danau Linting yang letaknya diatas perbukitan sebuah desa, tepatnya di Desa Sibunga-bunga Hilir, Deli Serdang. Sebuah danau yang mempesona sehingga siapa yang berkunjung kesana tidak ingin cepat-cepat kembali ke daerah asalnya, dikarenakan pemandangan sekitar danau sangat menawan dan mempesona, air danau yang jernih berwarna biru kehijauan, pohon-pohon besar dan rindang menjadi atap jika hujan turun dan dari terik panas matahari.

Didekat danau tersebut, ternyata terdapat goa, masyarakat setempat menyebutnya “Goa Linting atau Goa Tao”, karena keberadaannya tidak jauh dari Danau Linting, Sobat dapat mengunjungi goa tersebut dengan berjalan kaki, hanya memakan waktu sekitar 10 menit untuk menuju Goa Linting. Goa Linting ini terdapat tiga pintu goa yang jaraknya tidak berjauhan, namun belum ada yang mengetahui apakah setiap pintu goa saling berhubungan satu sama lain atau tidak. Ada satu goa, jika Sobat berada dekat mulut goa tersebut akan tercium bau belerang yang menyengat dan hawa panas yang keluar dari mulut goa tersebut.

Didepan mulut goa, hanya beberapa langkah Sobat akan disuguhkan dengan sumber mata air panas yang beraromakan belerang. Terdapat delapan sumber mata air panas yang mangandung belerang, namun Sobat tidak dibolehkan mandi-mandi disumber mata air tersebut, bisa-bisa sobat jadi telur rebus.

Menurut cerita masyarakat, Goa Linting itu adalah tempat tinggal delapan Putri, dan sumber mata air panas itu adalah tempat mandi mereka. Yang lebih menarik lagi sumber air panas itu dulunya tidak ada, seorang pawang yang ditugaskan untuk menjaga goa tersebut meminta kepada sangputri untuk menimbulkan mata air panas. Dan wisata Goa Linting itu belum lama dibuka untuk umum. Penulis kurang tahu pasti cerita mistis apa saja yang terdapat di lokasi goa tersebut? masih dalam pencariaan kebenarannya.

Jika Sobat berkunjung ke Danau Linting, maka Sobat dapat berkunjung ke Goa Linting. Begitu juga sebaliknya. Karena dua objek wisata ini terdapat dalam satu lokasi yang sama, jadi tidak perlu makan waktu, biaya, dsb.
5 Celoteh Rimba: 2013 Salam petualang.. Bagaimana kabarnya dan bagaimana petualangan sahabat sekalian, kini saya coba kembali lagi dengan celoteh-celoteh yan...

Selasa, 30 April 2013

Pesona Danau Linting, Deli Serdang


Salam petualang..
Mungkin dari sebagian sobat pembaca sudah tahu atau sudah pernah berkunjung ke danau linting, tapi tidak ada salahnya jika saya coba berbagi informasi mengenai perjalanan saya ke danau linting ini.

Senembah Tanjung Muda (STM) Hulu, tepatnya Desa Sibunga-bunga Hilir terdapat objek wisata yang tidak kalahnya dengan objek-objek wisata lain, yang keberadaannya diatas perbukitan desa dengan luas sekitar 1 ha mirip sebuah lingkaran yang digenangi air. Namun, keindahan dan kesejukan alam sekitar membuat suasana berbeda, dengan kejernihan dan warna-warna yang mempesona pandangan kita, kepulan asap yang keluar bagai berjalan dia atas air itu membuat pemandangan lebih menarik, masyarakat menyebutnya “Danau Linting”.

Dalam sejarahnya Danau Linting merupakan kawah atau sebuah retakan dari peristiwa vulkanik, hal itu terbukti dari kandungan belerang yang cukup tinggi dan baik dijadikan obat, baik juga untuk kulit jika berendam di Danau Linting tersebut. Sedangkan, menurut masyarakat setempat lokasi ini dulu merupakan bukit yang tinggi. Suatu hari dengan hitungan detik terasa ada getaran sehingga hanya dalam beberapa bulan bukit itu berubah menjadi danau yang indah.

Danau Linting memiliki pesona yang indah walau danau ini tidak sepopuler Danau Toba. Akan tetapi Sobat akan terpana dan terpesona  jika anda berkunjung ke Danau Linting. Di Danau Linting banyak wisatawan yang berkunjung mulai dari wisatawan lokal hingga manca negara, walaupun Danau Linting masih belum akrab di kalangan wisatawan secara luas. Objek wisata ini tidak begitu dikenal karena namanya tenggelam oleh keindahan dan pesona Danau Toba, yang merupakan icon pariwisata di Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan danau terluas di Asia.

Danau yang memiliki keindahan air yang berwarna biru kehijauan, dikelilingi pepohonan yang besar dan rindang itulah yang menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri Danau Linting tersebut. Meskipun demikian Sobat harus berhati-hati jika mandi-mandi di danau tersebut, menurut beberapa sumber kedalaman Danau Linting masih belum terukur. Begitu juga dengan kemestriusannya, yang telah melahirkan banyak cerita mistis tentang Danau Linting. Namun Sobat tidak usah khawatir, selama Sobat masih memperhatikan etika dan peraturan yang dibuat masyarakat setempat tidak ada yang perlu yang ditakuti.

Eksotisme Danau Linting, sungguh luar biasa. Bukan hanya keindahan yang mempesona di lokasi danau tersebut. Tapi, sepanjang perjalanan menuju Danau Linting, Sobat akan disuguhkan hamparan hijau pepohonan yang menghiasi sisi jalan. Udara yang sejuk, suasana segar dan nyaman akan terasa ketika memasuki lokasi, berbeda jauh dengan hingar bingar kota yang penuh polusi udara. Belum lagi medan perjalanan yang manguji adrenalin akan menjadi suatu tantangan menarik bagi Sobat, jika Sobat berkunjung kesana. Apa lagi bagi sobat yang suka bersepeda gunung (mountain bike) maka rute perjalanannya tidak akan merugikan. Dan tidak jauh dari lokasi danau tersebut, terdapat goa masyarakat menyebutnya “Goa Linting atau Goa Tao"
5 Celoteh Rimba: 2013 Salam petualang.. Mungkin dari sebagian sobat pembaca sudah tahu atau sudah pernah berkunjung ke danau linting, tapi tidak ada salahnya...

Jembatan Gantung Lau Luhung, Deli Serdang



 
Salam Petualang..
Jika kita membicarakan Deli Serdang maka tidak akan ada habisnya, kabupaten yang satu ini benar-benar suatu wilayah di Sumatera Utara yang banyak menyimpan cagar-cagar alam yang eksotis yang patut kita kembangkan untuk memajukan Pariwisata di Indonesia khusunya di Sumatera Utara itu sendiri. Di wilayah ini pula saya dan JEJAK Adventure sering melakukan perjalannya. Seperti  trip kami ke Danau Liniting, Goa Tao, Air terjun Pelangi Indah, Air terjun Telaga Dua Warna dll, itu semua terdapat diwilayah Deli Serdang. Dan masih banyak lagi yang belum kami teleusuri cagar alam yang terdapat disana.

Jembatan gantung Lau Hulung, mungkin sobat sudah tahu apa itu jembatan gantung, dan sebagian sobat sudah pernah dengar tentang jembatan gantung yang ada di Deli Serdang yaitu jembatan Lau Hulung, jembatan ini terdapat di Desa Durian Tinggung, Kec. STM Hulu, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara. Menurut informasi yang di dapat jembatan gantung yang memiliki panjang lebih kurang 160 meter dan kedalaman lebih kurang 160 meter ini  telah ada beberapa tahun yang silam, sekitar tahun 1979 perbaikan jembatan yang pertama kali dilakukan.

Jemabatan gantung Lau Luhung adalah jembatan yang menghubungkan antara Desa Durian Tinggung dengan Desa Tanjung Raja, jembatan ini adalah satu-satunya jembatan sebagai sarana lalu lintas penduduk untuk keperluan dagang, pertanian, dan keperluan lainnya. Jembatan yang dibawahnya mengalir sungai buaya yang akan bermuara sampai sungai ular yang terdapat di daerah Perbaungan Deli Serdang ini telah menjadi icon wisata lokal di Kec. STM Hulu Deli Serdang, tidak sedikit orang yang berasal dari luar daerah hanya sekedar mampir untuk melihat-lihat dan untuk mengabadikan momen tersebut.

Jika sobat lihat saat ini jembatan ini sudah tidak lagi difungsikan sebagai sarana lalu lintas lagi, kerena usianya yang sudah tua yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melaluinya. Sebagai penggantinya Pemerintah membangun kembali jembatan baru yang berada tidak jauh dari jembatan Lau Luhung yang lama. Pembangunan jembatan yang dimulai sejak tahun 2009 ini telah di anggarkan senilai Rp. 38 miliar, dengan kontrak kerja selama 2 tahun dan banyak juga kasus-kasus yang terjadi dalam proyek pembangun jembatan ini, mungkin sobat sudah mengertilah hal-hal ini seperti ini.

Saat ini jika dilihat jembatan ini sepertinya belum sepenuhnya 100% selesai, tapi jembatan ini sudah bisa difungsikan sebagai sarana lalu lintas yang menghubungkan kedua desa tersebut, jambatan yang lama yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan kenderaan roda dua, tapi kini dengan pembangunan jembatan yang baru untuk kenderaan roda empat sudah dapat melaluinya. Selain menjadi penghubung dua desa, jambatan ini bisa manjadi akses ke tanah karo, simalungun, dan bahkan ke danau toba yang telah menjadi icon pariwisata Indonesia dapat kita tempuh melalui daerah ini.

Tapi disayangkan sekali jembatan yang baru ini disalah fungsikan oleh pemuda-pemuda yang hoby balapan, setiap sore harinya terutama hari libur  jembatan ini di jadikan arena balapan liar oleh pemuda-pemuda desa yang berasal dari beberapa desa. Kegiatan itu sangat membahayakan pengguna jalan yang melaluinya, sehingga mengganggu wisata yang berkunjung ke jembatan ini. Diharapkan pemerintah daerah dapat mengatasi masalah ini, agar jembatan Lau Luhung ini bisa kita jadikan situs budaya yang bisa kita peromosikan kekhlayak ramai.
5 Celoteh Rimba: 2013   Salam Petualang.. Jika kita membicarakan Deli Serdang maka tidak akan ada habisnya, kabupaten yang satu ini benar-benar suatu w...

Selasa, 26 Maret 2013

Bukit Lawang menjadi tujuan wiatasa andalan di TNGL



Salam petualang..
Kini saya akan coba berceloteh mengenai TNGL (Taman Nasional Gunung Lauser) khususnya Bukit lawang yang telah menjadi icon wisata kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Indonesia yang kini telah bangkit lagi setelah melalui peristiwa pahit di masa silam.

Bukit Lawang merupakan tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orangutan.

Wisata alam Bukit Lawang menjadi tujuan wisata andalan di Leuser dikarenakan memiliki daya tarik satwa langka Orangutan Sumatra semi liar dan panorama hutan hujan tropis. Bukit Lawang atau lebih dikenal sebagai pusat pengamatan Orangutan Sumatra memiliki luas 200 ha, berada di Desa Perkebunan Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Dulunya Bukit Lawang merupakan pusat rehabilitasi Orangutan jinak untuk dilepasliarkan kembali ke alam.

Sejarah keberadaan Pusat Rehabilitasi Orangutan di Bukit Lawang berawal dari program yang dijalankan oleh WWF dan Frankfurd Zoological Society pada tahun 1973.

Tercatat sejak tahun 1972 hingga 2001, Bukit Lawang merupakan tempat rehabilitasi Orangutan. Dalam kurun waktu ini, 229 Orangutan bekas peliharaan yang disita dari perdagangan satwa sudah direhabilitasi di lokasi ini. Bukit Lawang hingga kini diakui sebagai pintu gerbang terbaik untuk menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Leuser yang mempesona. Walaupun bukan lagi sebagai tempat rehabilitasi dan pelepasliaran Orangutan, hutan di sekitar kawasan Bukit Lawang masih menyisakan peluang untuk dilakukannya aktivitas wisata dan pengamatan Orangutan Sumatra dan juga spesies tumbuhan dan satwa lainnya.

Jika kita kilas balik pada tahun 2003 silam, kita tentu masih ingat dengan bencana banjir bandang di Bohorok, tepatnya di Bukit Lawang, sebuah desa yang berada di tepian Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatra Utara. Bagi orang awam, bencana itu merupakan bencana yang dahsyat, yang memporakporandakan perkampungan dan menelan korban yang tak sedikit. Ketika banjir bandang menerjang kawasan wisata ini, hampir sebagian besar alam di sekitarnya rusak. Badan sungai pun melebar karena sebagian pepohonan berusia ratusan tahun yang ada di tepian sungai rubuh dihantam air bah, ratusan korban jiwa tewas, dan rumah-rumah hanyut.

Setelah lima tahun bencana banjir bandang, wisata Bukit Lawang di Bahorok kembali menggeliat. Kunjungan wisata lokal dan wisata mancanegara beranjak normal. Aktifitas wisata air dan alam yang menjadi sajian utama, Bukit Lawang masih menarik untuk dikunjungi walaupun sudah banyak perubahan yang terjadi akibat bencana banjir bandang teresebut. Bencana yang melanda 2 Nopember 2003 itu mengubah semua kehidupan masyarakat di Bukit Lawang khususnya dan Bohorok pada umumnya. Namun kini, Bukit Lawang hampir 90 persen pulih.

Panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan Orangutan Sumatra menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan berupa melihat satwa langka Orangutan Sumatra di feeding site, mengarungi jeram sungai Bohorok dengan ban (tubbing) dan rubber boat, menikmati keindahan air terjun, menjalajah gua kampret, menyegarkan badan dengan mandi di sungai yang jernih, berkemah di areal camping ground, berpetualang dan menyingkap rahasia hutan hujan tropis sumatera, mengamati atraksi satwa, menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas lokal.

Indahnya deretan Bukit Barisan yang menaungi dimana kawasan Taman Nasional Gunung Leuser berada rerimbunan hutan lebat dengan beragam koleksi vegetasi dan keunikan satwa satwanya, sedikit keindahan itu dapat kamu temui di desa bukit lawang, desa ekowisata yang menawarkan ragam kegiatan wisata menarik.
5 Celoteh Rimba: 2013 Salam petualang.. Kini saya akan coba berceloteh mengenai TNGL (Taman Nasional Gunung Lauser) khususnya Bukit lawang yang tela...

Rabu, 20 Maret 2013

Pemandian Alam, Bendungan Irigasi Namu Sira-Sira


Sekitar 18 km dari Binjai atau 30 menit berkendara roda empat, kita akan menemukan sebuah tempat wisata asri. Ia dinamakan Pemandian Alam Pangkal Namu Sira-Sira, terletak di Desa Blinteng dan Durian Lingga, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pemandiaan alam ini sebenarnya adalah Bendungan Irigasi Namu Sira-Sira, yang dibangun untuk mengairi sawah petani, air yang jernih dan bersih serta pesona alam yang indah membuat bendungan irigasi itu menjadi salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi pada hari libur.

Namu Sira Sira, menyajikan kesegaran dan kesejukan udaranya. Walaupun kawasan ini merupakan proyek bendungan irigasi yang mampu mengairi 1,7 juta hektar lahan sawah, tapi lokasi ini cukup indah untuk dikunjungi. Karena, selain memiliki derasnya arus air sungai di bendungan irigasi, namun juga memiliki keindahan panorama alam yang masih asri.

Selain melihat pemandangan bendungan irigasi namu Sira-Sira, sobat juga bebas memanjakan diri di hulu sungai yang dangkal berbatu. Menikmati derasnya arus Sungai Bingai yang membelah Kecamatan tersebut. Yang tidak kalah penting, sobat juga bisa menikmati kesejukan air sungai, bagi sobat yang gemar berolah raga rafting (arung jeram) juga bisa menguji adrenalin di tempat tersebut.


Sobat tahu tidak mengapa di tempat tersebut dibangun Bendungan Irigasi? saya akan coba membawa Sobat kembali kebelakang. pada masa lalu, siapa yang bisa menduga warga Kecamatan Sei Bingai bisa memiliki irigasi yang mutifungsi seperti Bendungan Namu Sira-Sira. Dimasa itu, sistem cocok tanam belum serempak. Warga menanam padi suka-suka sesuai selera masing-masing. Akibatnya, kerap terjadi selisih paham antarwarga karena memperebutkan aliran Sungai Bingai untuk mengairi sawah mereka.

Kondisi tersebut berubah saat Presiden Soeharto melakukan pertemuan dengan warga di Pasar IV Namu Terasi tepat pada hari Ulang Tahun ABRI, 5 Oktober 1986. Mendengar masukan warga, Pak Harto pun mengeluarkan kebijakan untuk merehabilitasi irigasi Namu Sira-Sira dan membangun bendungan.

Kini warga bisa merasakan banyak manfaat dari keberadaan Bendungan tersebut. Selain bisa memperoleh air untuk sawah mereka, warga pun bisa menabur benih ikan di sepanjang saluran irigasi. Setiap satu pintu air mewakili satu kelompok karena di sepanjang saluran irigasi ini terdapat beberapa pintu air. Pada waktu yang disepakati, warga memanen ikan bersama-sama. Setiap anggota kelompok akan mendapatkan hasil panen sesuai kontribusi masing-masing. Kegiatan panen bersama ini bahkan menjadi tradisi yang mengundang wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Singkatnya, Bendungan telah menjadi sentra ekonomi yang meningkatkan taraf hidup warga sekitar khususnya dan Kabupaten Langkat umumnya.
5 Celoteh Rimba: 2013 Sekitar 18 km dari Binjai atau 30 menit berkendara roda empat, kita akan menemukan sebuah tempat wisata asri. Ia dinamakan Pemandia...

Rabu, 06 Maret 2013

Pagoda Emas Replika dari Pagoda Shwedagon Myanmar


Buat apa jauh-jauh ke luar negeri kalau bisa mendapatkannya di negeri sendiri? Buat apa memperkaya devisa Negara lain kalau bisa memperkenalkan wisata negara kita ke khalayak internasional? Mungkin Sobat tahu apa itu pagoda? Pagoda merupakan bangunan kuil dengan atap bertingkat-tingkat, bangunan ini sangat populer di negara Thailand dan Myanmar. Tahukah sobat, ternyata selain kedua negara tersebut, Indonesia juga mempunyai bangunan seperti itu. Bangunan yang megah dengan warna keemasan yang orang sering menyebutnya Pagoda Emas, Pagoda Emas ini termasuk dalam kawasan wisata Taman Alam Lumbini. Berkunjung ke taman ini Sobat akan serasa berada di Thailand atau Myanmar.

Taman Alam Lubini terletak di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolatrayat, Kabupaten Karo, terdapat sebuah atraksi wisata yang membuat Sobat tidak merasa di Indonesia. Destinasi wisata ini adalah Taman Alam Lumbini. Letaknya 50 km dari Medan, memakan waktu sekitar ±2 jam perjalanan dengan berkendaraan sepeda motor, sangat dekat dengan tujuan wisata lainnya yaitu Brastagi.

Lantas apa yang istimewa dari Taman Alam Lumbini ini sehingga banyak wisatawan, khususnya lokal yang datang berkunjung ? Jika sobat berkunjung ke Taman Alam Lubini, sobat  dapat menyaksikan kemegahan bangunan pagoda emas yang merupakan replika dari Pagoda Shwedagon Myanmar. Sepanjang jalan dari pintu masuk menuju lokasi taman ini Sobat akan dihidangkan dengan bebagai macam tanaman, di kiri kanan jalan terdapat kebun-kebun yang ditanami sayur dan tanaman-tanaman khas daerah dataran tinggi seperti alpukat, kubis, dan stroberi. Jika Sobat ingin menikamati hasil kebun tersebut, Sobat dapat memperolehnya dengan mengeluarkan biaya sesuai harga yang ditentukan, tapi keunikannya Sobat dapat memetik sendiri, serasa memanen dikebun sendiri.

Sejak resmi dibuka untuk umum pada Oktober 2010, cukup banyak wisatawan lokal yang berkunjung ke taman seluas 3 (tiga) hektar itu, guna melihat secara langsung bangunan replika Pagoda Shwedagon yang merupakan replika tertinggi kedua di antara replika sejenis yang berada di Birma. Banyak wisatawan non-Buddhis yang berasal dari berbagai daerah datang ke lokasi yang berjarak sekitar 8 (delapan ) km dari kota Brastagi tersebut, untuk sekedar berfoto-foto, sedangkan pengunjung yang penganut Buddha memanfaatkan waktunya sekalian untuk melakukan sembahyang.

Objek wisata tersebut menjadi tempat favorit para photographer, karena keindahan arsitektur Pagoda, memberikan nuansa tersendiri, seolah-olah sedang berada di luar negeri. Bahkan, replika dimaksud pernah dicatatkan hingga mendapat rekor MURI untuk kategori stupa tertinggi di Indonesia, serta termasuk sebagai replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara.                                     .                             

Dalam Pagoda tersebut terdapat empat rupang Buddha berukuran sedang pada bagian tengah yang menghadap ke empat sisi ruangan, dan pada bagian tengahnya dijadikan sebagai arena bagi pengunjung yang hendak bersembahyang. Ketika Sobat memasuki pagoda, sebelah kiri bangunan utama Pagoda, terdapat sebuah menara yang tinggi dibawahnya terdapat hiasan sulur berupa gelang-gelang emas sepanjang 1,5 meter dan dipuncak Pagoda terdapat puluhan lonceng sebagai penghias yang akan berdentang jika tertiup angin. Tepat di tengah-tengah ruangan terdapat 4 patung Buddha yang diletakkan di empat arah mata angin dan menghadap ke pintu. Jika patung Buddha yang di Myanmar bertatahkan permata, sedangkan patung Buddha di Lumbini terbuat dari batu marmer. Dalam pagoda itu tersimpan sebanyak 2.958 rupang Buddha, 30 rupang Arahat dan 108 relik suci serta hampir seluruhnya dibawa langsung dari Myanmar, termasuk puncak pagoda setinggi 46,8 meter di atas stupa.

Tidak hanya itu saja, di taman ini Sobat juga dapat menikmati taman yang tersaji disamping bangunan pagoda tersebut, tidak jauh dari lokasi bangunan Sobat akan temukan sebuah jembatan gantung sebagai infrastruktur penyebarangan yang dipadukan dengan puluhan lentera yang bergelantungan. Jembatan gantung sepanjang 20 meter ini dikenal dengan nama Titi Lumbini. Di bawahnya terdapat taman yang indah yang ditata dengan apik dan menarik, sebagai harmonisasi dari suasana hutan alam di sekelilingnya. Udara yang sejuk juga akan selalu mengiringi setiap kaki melangkah.

Untuk memasuki Taman Alam Lubini Sobat tidak perlu mengeluarkan biaya apapun. Namun ada aturan yang harus dipatuhi jika masuk ke dalam pagoda, yakni mengisi buku tamu, melepas sepatu atau sendal, Tidak boleh memotret dengan handphone di dalam pagoda dan tidak boleh makan dan minum di dalam areal pagoda.
5 Celoteh Rimba: 2013 Buat apa jauh-jauh ke luar negeri kalau bisa mendapatkannya di negeri sendiri? Buat apa memperkaya devisa Negara lain kalau bisa memperk...
< >