Sumatera Utara, sebuah wilayah yang terletak di kepulauan Sumatera yang merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang beribukotakan Medan. Merupakan suatu wilayah yang banyak memiliki cagar-cagar alam yang eksotis, salah satunya adalah Kabupaten Simalungun tepatnya di Desa Dolok Tinggi Raja, terdapat sebuah cagar alam yang eksotis dan mempesona mata kita. Masyarakat biasa menyebut Bukit Kapur atau Kawah Putih Tinggi Raja. Saat ini tempat ini sudah tidak asing lagi, karena sudah banyak masyarakat beramai-ramai datang ketempat ini untuk melihat keindahan serta keunikan dari cagar alam tinggi raja ini.
Bukit kapur ini secara keseluran memiliki luas sekitar 167 ha dan merupakan kawasan wisata alam yang terkenal dengan keasrian alam dan keunikan pemandian air panasnya. Semburan air panas dari perut bumi membentuk kawah kecil di hamparan batu kapur, terus mengalir menuju sungai Bah Balakbak. Lokasi semburan air panas itu berpindah-pindah. Uniknya terdapat juga danau kecil yang terbentuk dari kawah air panas berwarna putih, biru kehijau-hijauan akibat pantulan cahaya dari langit.
Beberapa pendapat mengatakan, jika sobat mandi atau berendam di danau ini, maka yang namanya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kurap dan sebagainya akan segera hilang dikarenakan air panasnya yang mengandung zat belerang. Bukit Kapur Tinggi Raja adalah sebuah bukit kapur yang sangat putih seperti salju. Dan di bagian bawah bukit kapur ini terdapat air sungai Bah Balakbak yang sangat sejuk dan dingin dengan pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung). Potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukit dengan luas mencapai 35 ha. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku.
Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil.
Cerita unik dari masyarakat setempat, ternyata ada larangan-laarangan di tempat ini, mata air panas yang keluar dari perut bumi ini cukup untuk kita bisa merebus telur di sumber air panas itu, tapi jika kita merebus telur lebih dari satu dan jumlahnya telur yang kita rebus tadi tiba-tiba berkurang jangan langsung marah karena menurut mitos telur yang hilang itu diambil oleh penunggu bukit untuk sesajinya. Jadi pernah ada pemuda yang tiba-tiba menghilang karena dia salah ucap, gara-gara telur yang direbusnya hilang dan dia bilang kalau penunggu tempat itu adalah pencuri. Akhirnya dia bisa kembali lagi karena si Opung (penjaga lokasi) harus melepas seekor kambing sebagai gantinya.
Selain itu ada ikan yang hidup di danau air panas tersebut, sobat juga bisa melihat ikan yang hidup di air panas tersebut, jika sobat datang ke lokasi pagi hari, agar bisa mencari umpan untuk memancing ikan tersebut keluar, dan sobat akan bisa melihatnya.
Yang lebih menarik lagi, ada legenda tersendiri oleh masyarakat setempat dalam proses terbentuknya Bukit Kapur dan Kawah Putih Tinggi Raja ini. Puluhan tahun silam penduduk Tinggi Raja becocok tanam padi dengan beramai-ramai. Setelah prosesi menanam padi itu selesai, masyarakatpun berpesta dan berdoa agar panennya kelak berhasil. Pada saat yang sama, ada seorang nenek renta yang juga penduduk kampung itu tidak memiliki sanak keluarga. Dia tidak bisa lagi bertani seperti yang lain, bahkan untuk hadir ke pesta tanampun tidak bisa.
Kemudian pemimpin kampung itu meminta seorang pemuda lajang dan seorang anak kecil untuk mengantarkan makanan dari pesta. Namun, ditengah perjalanan pemuda dan anak kecil tadi memakan makanan titipan untuk sang nenek hingga tersisa tulang belulang. Akhirnya nenek itu marah, diambilnya tempurung kelapa dan dipukul-pukul menjadi sebuah irama, diambilnya seekor kucing dan kemudian ditarik-tarik sambil menari. Kucing itu disiksanya sampai akhirnya keluar air dari berbagai sisi karena murka sang nenek dan kucing itu. Akhirnya penduduk berlarian ke kampung atas untuk menghidari air yang keluar di halaman-halaman rumah mereka. Hingga saat ini, kucing menjadi binatang yang dikeramatkan di Tinggi Raja.
Bukit kapur ini secara keseluran memiliki luas sekitar 167 ha dan merupakan kawasan wisata alam yang terkenal dengan keasrian alam dan keunikan pemandian air panasnya. Semburan air panas dari perut bumi membentuk kawah kecil di hamparan batu kapur, terus mengalir menuju sungai Bah Balakbak. Lokasi semburan air panas itu berpindah-pindah. Uniknya terdapat juga danau kecil yang terbentuk dari kawah air panas berwarna putih, biru kehijau-hijauan akibat pantulan cahaya dari langit.
Beberapa pendapat mengatakan, jika sobat mandi atau berendam di danau ini, maka yang namanya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kurap dan sebagainya akan segera hilang dikarenakan air panasnya yang mengandung zat belerang. Bukit Kapur Tinggi Raja adalah sebuah bukit kapur yang sangat putih seperti salju. Dan di bagian bawah bukit kapur ini terdapat air sungai Bah Balakbak yang sangat sejuk dan dingin dengan pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung). Potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukit dengan luas mencapai 35 ha. Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku.
Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil.
Cerita unik dari masyarakat setempat, ternyata ada larangan-laarangan di tempat ini, mata air panas yang keluar dari perut bumi ini cukup untuk kita bisa merebus telur di sumber air panas itu, tapi jika kita merebus telur lebih dari satu dan jumlahnya telur yang kita rebus tadi tiba-tiba berkurang jangan langsung marah karena menurut mitos telur yang hilang itu diambil oleh penunggu bukit untuk sesajinya. Jadi pernah ada pemuda yang tiba-tiba menghilang karena dia salah ucap, gara-gara telur yang direbusnya hilang dan dia bilang kalau penunggu tempat itu adalah pencuri. Akhirnya dia bisa kembali lagi karena si Opung (penjaga lokasi) harus melepas seekor kambing sebagai gantinya.
Selain itu ada ikan yang hidup di danau air panas tersebut, sobat juga bisa melihat ikan yang hidup di air panas tersebut, jika sobat datang ke lokasi pagi hari, agar bisa mencari umpan untuk memancing ikan tersebut keluar, dan sobat akan bisa melihatnya.
Yang lebih menarik lagi, ada legenda tersendiri oleh masyarakat setempat dalam proses terbentuknya Bukit Kapur dan Kawah Putih Tinggi Raja ini. Puluhan tahun silam penduduk Tinggi Raja becocok tanam padi dengan beramai-ramai. Setelah prosesi menanam padi itu selesai, masyarakatpun berpesta dan berdoa agar panennya kelak berhasil. Pada saat yang sama, ada seorang nenek renta yang juga penduduk kampung itu tidak memiliki sanak keluarga. Dia tidak bisa lagi bertani seperti yang lain, bahkan untuk hadir ke pesta tanampun tidak bisa.
Kemudian pemimpin kampung itu meminta seorang pemuda lajang dan seorang anak kecil untuk mengantarkan makanan dari pesta. Namun, ditengah perjalanan pemuda dan anak kecil tadi memakan makanan titipan untuk sang nenek hingga tersisa tulang belulang. Akhirnya nenek itu marah, diambilnya tempurung kelapa dan dipukul-pukul menjadi sebuah irama, diambilnya seekor kucing dan kemudian ditarik-tarik sambil menari. Kucing itu disiksanya sampai akhirnya keluar air dari berbagai sisi karena murka sang nenek dan kucing itu. Akhirnya penduduk berlarian ke kampung atas untuk menghidari air yang keluar di halaman-halaman rumah mereka. Hingga saat ini, kucing menjadi binatang yang dikeramatkan di Tinggi Raja.
Artikel Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar