Selasa, 27 Januari 2015

Pentingnya Perencanaan Kegiatan Alam Bebas


Kegiatan Alam Terbuka adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan, pegunungan, pantai, gua, dll. Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata, kegiatan pendidikan dan bahkan penelitian. Dan untuk masa sekarang kegiatan di alam terbuka lebih sering di lakukan oleh organisasi-organisasi yang menamakan dirinya sebagai Pecinta dan Penjelajah Alam. Namun dalam pelaksanaanya, kegiatan ini ternyata memiliki resiko yang cukup tinggi. Kegiatan Alam Terbuka justru sangat rentan terjadinya kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan ditempat yang masih alami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran sungai yang deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya. Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan di alam terbuka yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki oleh para penggiatnya. Sesungguhnya hal ini dapat dihindarkan dengan memberikan pembekalan pengetahuan dan keterampilan sehingga para penggiat kegiatan alam terbuka mempunyai kemampuan yang memadai.

Collin Mortlock, seorang pakar pendidikan alam terbuka, mengkategorikan kemampuan yang diperlukan oleh para penggiat kegiatan alam terbuka sebagai berikut :
  1. Kemampuan Teknis (technical skills), yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi penggunaan perlengkapan.
  2. Kemampuan Kebugaran (fitness skills), mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam.
  3. Kemampuan Kemanusiawian (human skills), yaitu pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi (kemauan), kepercayaan diri, kesabaran, konsentrasi, analisa diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.
  4. Kemampuan Pemahaman Lingkungan (environment skills), yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik.
Keempat kemampuan tersebut tidaklah mudah untuk dikuasai dengan baik, namun perlu diingat bahwa penguasaan kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam kegiatan alam terbuka.

Dalam merencanakan dan melakukan perjalanan, tentunya harus dilakukan persiapan yang baik, sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan aman dan nyaman, sehingga dapat kembali dengan selamat. Setiap penggiat juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin saja muncul, seperti kecelakaan, sakit, atau tersesat.

Tahapan perencanaan perjalanan adalah sebagai berikut :
  1. Kita harus dibekali dengan kemampuan untuk memilih, mengatur, serta menggunakan perlengkapan dan perbekalan ; kemampuan teknis menggunakan alat bantu perjalanan, seperti peta dan kompas ; kemampuan berkemah (camp craft) seperti membuat bivak dan api. Penguasaan keterampilan ini akan membantu kita mengatur teknik berjalan di gunung hutan, menebas dengan efektif, maupun mengatur konsumsi makan dan minum.
  2. Diperlukan kemampuan fisik yang baik, sehingga selain diperlukan kondisi tubuh yang sehat, juga diperlukan latihan fisik yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya untuk pendakian gunung, latihan fisik naik turun bukit dapat dilakukan dalam persiapan perjalanan, selain itu juga latihan mengangkat beban (ransel).
  3. Diperlukan mental yang siap untuk menghadapi kegiatan berat di alam. Hal ini tidak dapat diajarkan oleh pelatih, namun harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Penguasaan yang baik pada tiga ketrampilan lainnya akan sangat membantu.
  4. Diperlukan pemahaman yang baik terhadap kondisi alam yang akan dihadapi dan mencakup bagaimana memilih waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan dan bagaimana cara mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi.

Keselamatan (Safety)
Faktor keselamatan (safety) harus dijadikan kerangka berfikir dalam berkegiatan di alam terbuka. Untuk keadaan berbahaya, dapat dilakukan penggolongan faktor penyebabnya, yaitu bahaya subyektif dan bahaya obyektif.

Bahaya subyektif adalah potensi bahaya yang berada dibawah kendali manusia yang melakukan kegiatan. Contohnya, pemilihan alat yang salah, cara penggunaan peralatan yang tidak dikuasai dengan baik dan lain-lain. Bahaya obyektif adalah bahaya yang berada di luar kendali manusia, misalnya badai, banjir, panas, dan lain-lain. Semakin subyektif suatu bahaya maka akan semakin dapat diperkirakan terjadinya dan dapat dihindarkan. Sebaliknya, semakin obyektif suatu bahaya maka akan semakin sulit diperkirakan dan sulit dihindarkan.

Faktor Perencanaan Perjalanan
Faktor yang dapat dijadikan acuan dalam perjalanan adalah sebagai berikut :
  1. Faktor Alam, mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan dihadapi, iklim daerah yang dituju, dan hal-hal berkaitan dengan lingkungan. Pengantisipasiannya adalah dengan melakukan studi literatur yang baik, analisa, informasi dari pemerintah setempat, dan lain-lain.
  2. Faktor Peserta, mencakup pemilihan personil, kepemimpinan (leadership), hierarki,deskripsi kerja, dan tanggung jawab peserta perjalanan, serta kemampuan dari setiap peserta perjalanan.
  3. Faktor Penyelenggara, mencakup permasalahan faktor teknis dan faktor non-teknis. Pada perjalanan yang besar (ekspedisi), ada faktor semi-teknis. Faktor
Teknis adalah daya upaya operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Faktor Non-teknis adalah permasalahan daya dukung operasi yang tidak berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan. Faktor Semi-teknis untuk ekspedisi besar dan kompleks adalah permasalahan daya dukung operasi yang berhubungan langsung dengan tingkat kesulitan medan, namun bersifat non-teknis (komunikasi, base-camp team, advance-team, take in& out team, rescue team, delivery team) faktor ini berada daiantara faktor teknis dan non-teknis.

Tabel Jadwal Kegiatan
Rencana yang baik akan membagi kegiatan menjadi sejumlah tahapan yang mengacu pada waktu yang tersedia dan cakupan pekerjaan. Tabel skedul membantu kita berpikir logis tentang tahapan kegiatan. Biasanya untuk kegiatan-kegiatan besar, perlu disusun tabel, namun untuk perjalanan-perjalanan yang biasa dilakukan dan tidak terlalu rumit, tahapan ini otomatis akan kita lakukan.

Etika Perjalanan
Dalam perjalanan ke alam terbuka, kita akan melalui daerah serta lokasi di mana terdapat adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan penduduk setempat yang terkadang terasa aneh oleh kita yang tidak terbiasa, tergantung bagaimana kita menyikapai adat tersebut, apakah akan diterima atau ditolak, namun hal-hal seperti itu dapat dijadikan informasi awal untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai daerah tersebut. Selain itu, ketika melakukan perjalanan di suatu daerah, sebaiknya melapor kepada aparat setempat yang berwenang.


PERSIAPAN PERBEKALAN DAN PERLENGKAPAN
Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perncanaan perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakannya, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  • Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (misal : hutan, rawa, tebing, dll)
  • Menentukan tujuan perjalanan (misal : penjelajahan, pelatihan, penelitian, kemanusiaan/SAR, dll)
  • Mengetahui lamanya perjalanan
  • Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa
  • Memperhatikan hal-hal khusus (misal : P3K atau obat-obatan tertentu, dsb)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, kita dapat memilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan membawanya. Perhitungan beban total untuk perorangan sebaiknya tidak melebihi sepertiga berat badan (15-20kg).

Dari kegiatan penjelajahan, kita mengenal beberapa jenis perjalanan yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
  • Pendakian gunung
  • Perjalanan menempuh hutan rimba
  • Penyusuran pantai, sungai atau rawa
  • Penyusuran gua
  • Pelayaran
  • Perjalanan ilmiah
  • Perjalanan kemanusiaan
Dari tiap kegiatan tersebut, kita mengelompokkan perlengkapan yang dibawa sebagai berikut :
  1. Perlengkapan dasar, meliputi : perlengkapan untuk pergerakan, ; perlengkapan untuk memasak, makan, minum ; perlengkapan untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) ; perlengkapan pribadi
  2. Perlengkapan Khusus, meliputi : perlengapan penelitian (misal: kamera, buku, dan alat-alat khusus lainnya) ; perlengkapan penyusuran sungai (misal : perahu, dayung, pelampung, dll) ; perlengkapan pendakian tebing (misal : tali, carabiner, chock, piton, dsb)
  3. Perlengkapan tambahan perlengkapan ini dapat dibawa atau tidak, misal : semir, kelambu, gaiter, dll

MANAJEMEN RESIKO
Ketika merencanakan atau melaksanakan kegiatan alam bebas, sangat penting untuk mempertimbangkan segala kebtuhan, teknik pelaksanaan dan rekomendasi teknik pelaksanaan. Hal ini akan membuat penggiat alam bebas bisa melaksanakan kegiatan dengan profesional dan aman. Juga harus dipastikan bahwa kegiatan itu dilaksanakan dengan standar umum yang berlaku untuk kegiatan tersebut atau dalam istilah indusrialnya disebut industrial best practice, dimana teknik ini telah terbukti handal dan aman secara luas.

Hal –  hal yang harus dilakukan untuk menerapkan manajamen resiko alam terbuka:

1. Membuat perencanaan
Kegiatan alam bebas memerlukan perencanaan yang matang untuk mencegah insiden serta respon yang harus dilakukan bila insiden benar – benar terjadi.  Dokumen – dokumen mengenai rencana kegiatan, teknis pelaksanan dan manajemen resiko bisa dipakai untuk  panduan dan bahan pelatihan. Untuk menyiapkan hal tersebut harus telaten dan rajin, karena semua hal menyangkut kegiatan serta pelaksanan tindakan darurat harus tertulis.

Dalam manajemen resiko, semua penggiat alam yang akan terlibat harus ikut tentang manajemen resiko. Semua perencanaan darurat harus tertulis dan harus diimplementasikan. Rencana yang harus disusun antara lain;

a. Rencana manajemen resiko
Rencana manajemen resiko dibuat adalah untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin timbul pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan langkah yang diambil. Manajemen resiko harus mengidentifikasi semua sumber bahaya yang ada di lapangan dengan jelas (lingkungan, alat, manusia) dan dampak terhadap bisnis bila insiden tersebut terjadi.

Setelah diidentifikasi, harus dibuat strategi untuk menghindari insiden yang ditimbulkan resiko dan membuat ceklist.
      1. Sumber bahaya di lapangan – contohnya berupa;
  • Lingkungan yang ekstrim
  • Longsor
  • Gelap
  • Terbakar matahari
  • Sengatan lebah
  • Angin
  • Kerusakan mekanik
  • Kendaran lain yang ugal – ugalan
  • Kondisi tali pengaman

     2. Sumber bahaya karena kelalaian manusia, dibagi dalam sudat pandang individual, kelompok dan pemimpin – contohnya berupa; 


Individual (peserta)
Pemimpin
Kelompok
Tidak sadar akan kondisi bahaya

Tidak memiliki skill menghindari bahaya

Pembangkang


Bertindak kurang bertanggung jawab

Bersikap sok jagoan


Lemah/stamina kurang


Takut
Tidak punya pengetahuan yang cukup

Kesalahan dalam menilai resiko

Skill mengelola kelompok yang kurang

Manajemen yang kurang efektif

Kesadaran akan keselamatan kerja yang lemah

Latar belakang budaya, cara menilai orang

Tidak bisa bekerja sama


Gesekan antar anggota


Kompetisi internal yang berlebihan

Adanya tekanan untuk berprestasi

Sikap yang kurang peduli akan keselamatan

Adanya blok/geng dalam kelompok

 

      3. Sumber bahaya terhadap bisnis – contohnya berupa; 
  • Ijin penggunaan lahan dicabut/tidak diberikan lagi
  • Persepsi negatif di masyarakat terhadapa kegiatan
  • Pembatalan program
  • Penalti karena insiden
  • Pembatasan kegiatan/black list
  • Staf yang mengundurkan diri
b. Rencana perjalanan
Rencana perjalanan yang tertulis dan terpetakan membuat penggiat mampu untuk mengartikulasikan perjalanan sesuai dengan rute yang akan dilalui. Rencana perjalanan merupakan manajemen resiko yang lebih spesifik. Identifikasi sumber bahaya sesuai dengan rute yang dilalui dan tindakan pencegahan yang dilakukan.  Para penggiat harus paham dengan rencana perjalanan yang harus mereka lakukan dan memastikan bahwa rencana tersebet terdokumentasi dengan baik. Dokumen – dokumen perjalanan terdahulu bisa digunakan sebagai panduan bila akan melakukan kegiatan/perjalanan yang sama.

c. Rencana tanggap darurat
Rencana perjalanan dibuat sesuai dengan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu program. Rencana ini dibuat untuk sebagi panduan bertindak dalam jangka pendek bila terjadi insiden. Semua penggiat harus paham dengan rencana tanggap darurat.

d.  Membuat SOP
SOP untuk penggiat berupa arahan tertulis mengenai program yang telah direncanakan. Berisi mengenai penjelasan tentang tingkat kecelakaan, bagaimana mengelolanya dan sampai batas kondisi seperti apa (jumlah kerugian,tingkat cedera dll) hingga bisa membuat keputusan.

e. Review keselamatan
Dalam review keselamatan, mengumpulkan data melalui interview, survey lapangan  dan mempelajari laporan untuk menilai standar dan manajemen keselamatan yang dilakukan. Hasil review ini berupa rekomendasi – rekomendasi. Hal yang dibahas dalam review ini meliputi;
  • Screening
  • Pengetahuan akan keselamatan dari penggiat
  • Kualifikasi penggiat
  • Sistem pengelolaan resiko
  • Program kegiatan
  • Prosedur tindakan darurat
  • Logistik dan fasilitas
  • Peralatan
  • Kesesuaian program dengan para penggiat
Review keselamatan bukanlah pengadilan terhadap sebuah program. Review ini memiliki keuntungan jangka pendek dan jangka panjang terhadap sebuah program. Review ini bisa menjadi sebuah ajang pelatihan keselamatan berkegiatan, karena forum ini merupakan forum diskusi dan saling membagi pengalaman dalam melaksanakan suatu kegiatan alam bebas. Kebijakan mengenai keselamatan dalam kegiatan alam bebas lebih banyak dilakukan berdasarkan pengalaman – pengalaman pelaksana kegiatan tersebut. Dengan review tersebut, bisa diperoleh prespektif lebih luas tentang keselamatan suatu kegiatan, sehingga kebijakan yang diterapkan lebih merupakan pengembangan dari pola – pola yang telah ada.

f. SAR
Dalam pelaksanaan kegiatan alam bebas, SAR memerankan titik sentral dalam manajemen resiko. Pengetahuan akan lokasi dan posisi tim SAR serta bagiamana menghubungi mereka dalam kondisi darurat akan menentukan kondisi insiden selanjutnya. Keberadaan tim SAR juga akan meningkatkan kondisi psikologis penggiat bahwa mereka berkegiatan dalam kondisi aman.

2. Menerbitkan standart minimum keselamatan dalam operasional
Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus memiliki standar operasional minimum. Hal ini merupakan standar minimum kebutuhan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sehingga kegiatan tersebut layak untuk dilakukan.

Proses – proses dalam tahap ini adalah :
      1. Mengidentifikasi tentang hukum dan peraturan yang terlibat dalam kegiatan :
  • Hukum yang berlaku terkait penggunaan peralatan – penggunaan kendaraan i.e trike, mengemudi truk
  • Ijin penggunaan lahan kegiatan – ijin ini bisanya dikeluarkan oleh pemilik lahan yang dipakai kegiatan, termasuk area yang bisa digunakan dan area yang terlarang
  • Peraturan lokal terkait dengan pengamanan personel – peraturan tentang kesehatan personel, tindakan yang mungkin melanggar aturan lokal

      2. Mengidentifikasi dan melaksanakan teknik pelaksanaan yang sesuai untuk tiap aktifitas.
  • Panduan – bisa menggunakan dari berbagai sumber
  • Standar nasional pelaksanaan suatu kegiatan – misal untuk untuk kegiatan selam dengan melihat dokumen POSSI, paralayang melihat dokumen PLGI
      3. Menentukan standar minimum manajemen resiko, cek dengan pertanyaan :
  • Filosofi kegiatannya apa?
  • Pasar kegiatannya siapa?
  • Apa outcome kegiatannya?
  • Skill dan pengetahuan pesertanya tentang kegiatan yang akan dilaksanakan?
  • Institusi yang terlibat?
  • Level kegiatan yang mungkin bisa untuk dilaksanakan dengan kondisi yang ada?

3.  Penerapan Manajemen Resiko
Semua hal diatas adalah dokumen tentang keselamatan serta sistem manajemen, implementasi dilapangan menjadi panggung demonstrasi ketrampilan penggiat. Mereka bertanggung jawab akan terlaksananya sistem keselamatan ini di lapangan.

Beberapa hal yang harus diaplikasikan dalam pelaksanaan kegiatan adalah;

a. Briefing tentang resiko dan keselamatan (safety talks)
Beberapa insiden yang terjadi dalam kegiatan alam bebas diakibatkan oleh kegagalan menyampaikan resiko insiden yang bisa terjadi, sumber bahaya yang menyertai kegiatan tersebut, perlengkapan yang digunakan serta apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.  Untuk menghindari pembicaraan yang panjang, buatlah catatan, safety talk haruslah singkat dan mengandung informasi sebanyak mungkin. Safety talk lebih baik dilaksanakan secara berkala

Sumber :
- Ganalakimiaunpad
- Ditrakurniawan
5 Celoteh Rimba: Januari 2015 Kegiatan Alam Terbuka adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan, pegunungan, pantai, gua, d...

Jumat, 23 Januari 2015

Tempat Bernaung Celoteh Rimba


SANGKUR
(Sang Petualang Penelusur Rimba)

A. LATAR BELAKANG

SANGKUR (Sang Petualang Penelusur Rimba) merupakan suatu Kelompok Penjelajah Alam dan Pendaki Gunung (nature explorer and mountaineering). Nama tersebut di kutip dari sebuah peralatan atau perlengkapan  yang sering digunakan penggiat alam bebas yaitu “sangkur”. Sangkur adalah senjata tajam berupa pisau atau belatih. Mengapa “Sangkur” ? nama tersebut disepakati agar mudah di ingat karena nama tersebut adalah salah satu kebutuhan di alam bebas, namun nama “Sangkur” dijabarkan manjadi nama panjang “Sang Petualang Penelusur Rimba”.

Yang perlu diketahui nama SANGKUR adalah nama baru atas pergantian nama sebelumnya “JEJAK Adventure (Jelajah Alamku Adventure). Perubahan nama itu dikarenakan hasil survey dan pencarian baik di media sosial dan media-media lain nama Jejak/Jelajah telah banyak dipergunakan oleh pihak-pihak lain, untuk menghindari konflik atas keberadaan nama tersebut maka hasil keputusan Kopdar disepakati untuk mengganti nama JEJAK Adventure dengan nama baru yaitu SANGKUR.

Nama baru tersebut tidak merubah karakter atau cirri khas yang telah terbentuk dan tertanam sebelumnya di JEJAK Adventure. JEJAK Adventure adalah sebuah nama yang telah menjadi memori perjalanan indah yang  masih melekat di belakang kejayaan Sangkur kelak.

Dengan SANGKUR kami ingin memperkenalkan, mengembangkan, dan melestarikan alam dan wisata alam yang telah terdapat didalamnya, baik yang sudah terjamah (dikenal/diketahui) oleh khalayak ramai maupun yang belum terjamah. Disamping itu SANGKUR ingin menciptakan keperibadian dan mental kemandirian yang diusung dengan pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur melalui perkenalan alam lingkungan sekitar dan mempererat hubungan silatuhrahmi kepada semua kalangan, baik kalangan SANGKUR itu sendiri maupun dari kalangan komunitas lain dan masyarakat dimana SANGKUR berpijak.

B.  KEGIATAN-KEGIATAN
1. Kegiatan alam bebas (out door) dapat berupa :
  • Camping (berkemah),
  • Hiking (penjelajahan jalan kaki),
  • Caving (penelusuran gua),
  • Climbing (pendakian gunung), dan
  • berbagai kegiatan lainnya. 
2.   Kegiatan sosial kemasyarakatan
3.   Kegiatan solidaritas Alam
4.   dll.

C.  VISI DAN MISI

Visi :
Menjadikan organisasi/komunitas penggiat alam yang berkualitas, mandiri, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup demi tercapainya insan manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti, berpola fikir luas, kritis, dan bertanggung jawab yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, dan semangat bersama.

Misi : 
1. Menjalin silatuhrahmi dengan organisasi/komunitas dan penggiat alam lainnya untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan.

2. Saling berbagi dan bertukar informasi, pengetahuan, dan wawasan baik di dalam maupun di luar organisasi/komunitas. 

3. Berpartisifasi dan berperan aktif untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. 

D. DESKRIPSI DAN MOTTO

Deskripsi :
Penjelajah Alam dan Pendaki Gunung (nature explorer and mountaineering)

Motto :
Alam Sahabat Inspirasi.

E. MEDIA SOSIAL
Facebook    Twitter

5 Celoteh Rimba: Januari 2015 SANGKUR (Sang Petualang Penelusur Rimba) A. LATAR BELAKANG SANGKUR (Sang Petualang Penelusur Rimba) merupakan suatu Kelompo...
< >