Rabu, 20 Agustus 2014

Pendakian Kemerdekaan Puncak Sibayak


Salam Rimba…   
Memperingati hari kemerdekaan di Negara kita Indonesia telah menjadi momen terpenting setiap tahunnya. Upacara penaikan Sangsaka Merah Putih yang merupakan Bendera kebangsaan kita telah menjadi ciri khas dalam ritual peringatan kemerdekaan tersebut, baik itu didalam instansi-instansi pemerintah maupun swasta dan juga dalam ruang lingkup pendidikan seperti Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah yang ada dibelahan Indonesia tidak luput dari upacara peringatan kemerdekaan Negara Indonesia.  Namun tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam memperingati HUT-RI, seperti halnya saya untuk memperingati HUT-RI yang ke 69 yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2014, saya mencoba melakukan pendakian gunung Sibayak untuk ambil adil dalam upacara peringatan kemerdekaan bersama anak-anak Pencinta Alam dari berbagai daerah di Sumtera Utara.

Gunung Sibayak adalah sebuah gunung yang menghadap ke kota Berastagi Sumatera Utara. Orang Batak Karo menyebut gunung Sibayak dengan sebutuan "gunung Raja" Konon Tanah karo diperintah oleh 4 Raja (Sibayak). Keempat dari kerajaan itu ialah Sibayak lingga, Sarinembah, Barusjahe dan Kutabuluh. Gunung Sibayak merupakan gunung berapi aktif dan meletus terakhir tahun 1881. Gunung ini memiliki ketinggian 2.212 mdpl dan berada di sekitar 50 kilometer barat daya kota Medan. Secara administratif, hutan alam pegunungan ini masuk dalam dalam kategori Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Puncak tertinggi dari Gunung Sibayak bernama “Takal Kuda”. Ini adalah bahasa Karo yang berarti “Kepala Kuda”. Posisi koordinat puncaknya adalah berada pada 97°30′BT dan 4°15′LS. Gunung Sibayak adalah kelas gunung berapi aktif yang memiliki uap panas. Selain itu, letusan yang terjadi beberapa waktu tahun silam cukup mempora-porandakan bebatuan di puncak gunung. Kondisi yang tidak beraturan pada bebatuan puncaknya ini justru menjadi keunikan tersendiri yang menarik parapendaki yang senang menguji adrenalinnya untuk berusaha menaklukkan Gunung Sibayak hingga mencapai puncaknya.

Mendaki Gunung Sibayak di Tanah Karo jadi pilihan destinasi para pendaki di akhir pekan, gunung ini tidak begitu sulit untuk didaki bahkan oleh seorang pemula sekalipun, tapi harus tetap berhati-hati. Gunung ini selalu ramai dikunjungi oleh para pendaki lokal dimalam minggu. Mereka biasanya mulai mendaki sekitar jam 02.00 dini hari untuk mendapatkan pemandangan matahari terbit dipuncak gunung, pemandangan matahari terbit dari puncak gunung akan membuat sobat terperangah. Sinar matahari terbit akan menerpa wajah sobat yang dapat memberikan suasana hangat, menggantikan hawa dingin yang semalaman menyelimuti perjalanan. View pemandangan kotapun dapat juga kita nikmati, dan tidak kalah indahnya pemandangan gunung Sinabung akan terlihat jelas dan indah, sebab gunung Sinabung tidak terlalu jauh letaknya dari gunung Sibayak. Namun suasana seperti itu bisa sobat nikmati jika keadaan cuaca baik atau tidak di selimuti kabut tebal.

Berangkat dari Kota Medan, sabtu 16 Agustus sekitar pukul 18.00 wib melalui terminal angkutan umum saya dan parasahabat yang berjumlah 13 orang  terdiri dari dua kelompok yaitu Jejak Adventure dan SGC dengan perlengkapan dan bekal yang telah dipersiapkan kami mulai menuju kota Berastagi. Kami akan menempuh jarak sejauh 77 km dengan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai di Berastagi. Untuk menuju kesana dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Setelah itu, untuk mencapai lokasi, terdapat bebrapa pilihan rute pendakian, diantaranya perjalanan dari Jalur 54, dari jalur Semangat Gunung dan jalur Jaranguda.

Jalur 54 : kenapa disebut dengan 54? Karena memang terletak di Km 54 dari Kota Medan menuju Kota Berastagi. Uniknya, jalur ini masih masuk ke wilayah Kec. Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Jalur ini merupakan jalur ekstrem. Waktu tempuhnya adalah 6-8 jam perjalanan mendaki  ke Puncak Sibayak. di jalur 54 merupakan rute yang penuh tantangan. Tanjakan yang curam merupakan tantangan yang wajib di lewati para pendaki, selain itu hutannya masih sangat asri. Di jalur menuju puncak banyak di jumpai tanaman rotan, selain itu rute ini banyak di gunakan untuk diksar anggota mapala di Medan dan sekitarnya. Setelah melewati hutan yang rindang, maka kita akan menjumpai daerah cadas (hampir munuju puncak). Untuk mata air, jalur ini hanya memiliki sedikit sumber mata air. Oleh karna itu diwajibkan untuk banyak membawa persediaan air dari kaki gunung.

Jalur Semangat Gunung : Jalur ini terletak di desa Raja Berneh (Semangat Gunung) Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Karo sekitar 60 km dari Kota Medan. Melalui Desa Semangat Gunung (Desa Raja Berneh), desa ini sangat indah dengan panorama alam dan hamparan perkebunan sayur-sayuran,  tanaman hias dan buah-buahan. Masyarakatnya bercorak masyarakat agraris, yang masih berpegang pada tradisi leluhur dengan kehidupan sosial yang multikultural. Dalam perjalanan menuju Gunung Sibayak, di sepanjang jalan akan terlihat pemandangan tradisional, berupa rumah-rumah adat Batak Karo yang telah berusia sekitar  250 tahun. Banyak terdapat  sumber air panas di sekitar Desa Semangat Gunung dan di Gunung Sibayak. Di kaki  Gunung Sibayak terdapat sumber air panas yang sering didatangi para pengunjung. Uap airnya mengandung belerang, sehingga tercium agak menyengat. Kondisi  alamnya masih natural, dipenuhi pepohonan bambu dan rotan. Untuk menuju arah puncak, para pendaki dapat melewati jalan setapak sebagai jalur resmi  pendakian. Jalan setapak ke puncak sangat jelas. Sepanjang jalan tidak ada ciri-ciri khusus, hanya di pinggang gunung terdapat sebuah gua kecil yang menjorok satu meter kedalam. Kemudian memasuki sebuah sungai kering, terus melewati daerah hutan bambu sebelum memasuki hutan yang sebenarnya. Dari daerah ini ada sebuah jalan rintis yang berbelok ke kanan kearah bukit Pertektekan. Memasuki Daerah puncak tumbuhan mulai rendah dan mulai memasuki daerah berkerikil dan berbatu yang tidak begitu kompak. Jalan setapak tidak begitu jelas dan ada baiknya sobat tetap berhati-hati didaerah ini.

Jalur Jaranguda : Jalur ini berjarak 1.5 km dari kota Brastagi tepatnya Desa Jaranguda. Dari Desa Jaranguda perjalanan ke puncak Sibayak dapat dapat ditempuh 3-4 jam perjalanan dengan jalan pendakian beraspal, tetapi jalanan setelahnya berupa tangga beton. Dari jalur ini kita akan dikelilingi pepohonan yang merupakan hujan hujan tropis, dari sela-sela hutan tersebut kita masih dapat melihat pemandangan desa-desa yang ada dan view dari Gunung Sinabung. Kemudian sobat akan mendapatkan jalur yang landai, ditempat ini sering digunakan pendaki untuk beristirahat ataupun berkemah sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak Sibayak.

Sebenarnya rencana kami ingin dari jalur Semangat Gunung, karena informasi yang kami dapat bahwa jalur tersebut tertutup longsor, maka kami ambil jalur pendakian dari Jaranguda. Maka kami harus menuju kota pariwisata Brastagi kemudian kami lanjutkan ke desa Jaranguda sebagai titik awal pendakian. Sesampai didesa tersebut kami harus registrasi urusan admnistrasi, setelah urusan selesai kami lanjutkan perjalanan di malam itu dengan cahaya senter dan headlamp sebagai penerang jalan kami.

Setelah lamanya perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 3 jam akhirnya kami sampai juga dilokasi kemah, lokasi yang kami pilih adalah dekat aliran sungai kecil yang mengalir dari pegunungan Sibayak. Selama perjalanan, kami selalu melihat dataran-dataran landai yang dipenuhi tenda-tenda para pendaki, kami berpikir bahwa besok acara peringatan tujuh belasan pasti bakal ramai. Dilokasi ini bukan kami saja yang mendirikan tenda, tapi pendaki lain juga satu lokasi dengan kami. Tenda telah berdiri, makan malampun telah selesai saatnya kami menikmati keindahan malam, dengan bercanda ria kami meramaikan suasana malam yang dingin itu. Malam semakin larut udara dingin semakin menusuk tulang, tiba saatnya untuk istirahat agar stamina pulih setelah lelah melakukan perjalanan agar dapat mempersiapkan diri untuk kegiatan besok.

Terlihat langit mulai terang pertanda pagi telah datang, saat kami mempersiapkan sarapan pagi sebelum melakukan perjalanan menuju lokasi upacara tujuh belasan bersama anak-anak pecinta alam dari berbagai daerah. Terlihat juga rombangan orang-orang yang melintas menuju lokasi upacara, dan juga ingin menikmati keindahan matahari terbit (sunrise), di pagi itu cuaca memang cerah tapi keindahan sunrise tidak terlihat karena tetutup kabut pagi. Setelah selesai urusan lambung saatnya kami juga menyusul mereka dengan tetap meninggalkan tenda yang kami berdirikan tadi malam. Ratusan manusia terlihat memenuhi gunung Sibayak untuk ambil adil peringatan kemerdekaan tersebut. Upacara peringatan HUT-RI ke 69 berjalan dengan hikmat.

Setelah upacara selesai kami langsung melakukan perjalanan menuju takal kuda yang merupakan puncak tetinggi gunung Sibayak. Untuk menuju puncak kami membutuhkan waktu sekitar 30 menit, trek yang penuh tanjakan berbatu membuat kami harus tetap berhati-hati, dalam perjalanan menuju puncak kami dapat melihat keindahan kawah gunung aktif ini, suara gemuruh selalu mengiringi setiap langkah kami, semburan semburan uap kawah menambah keeksotisan dari pendakian itu. Akhirnya kami tiba di puncak kami tujuh, dari puncak ini keindahan pedesaan yang terletak di kaki gunung terlihat indah, hamparan-hamparan hijau menjadikan alam tidak bosan dipandang mata ditambah lagi kokohnya gunung Sinabung terlihat jelas seakan-akan berdampingan dengan gunung yang ada di bawah kaki kami ini, karena disaat itu gunung Sinabung lagi dalam masa eropsi sehingga terlihat awan panas yang keluar dari puncak Sinabung, kami berharap bencanan Sinabung segerai usai sehingga kami dan para pendaki lain dapat menikmati keindahan alam dari puncaknya.

Hari semakin siang dan matahari seakan-akan dekat dengan kepala kami, karena cahaya panasnya terasa menyengat tubuh, saatnya kami harus kembali turun menuju perkemahan dan untuk bersiap-siap berbenah untuk kembali ketempat asal kami kota Medan.
5 Celoteh Rimba: Agustus 2014 Salam Rimba…    Memperingati hari kemerdekaan di Negara kita Indonesia telah menjadi momen terpenting setiap tahunnya. Upacara penaik...

Minggu, 03 Agustus 2014

Bukit Doa Hutaginjang 1550 Mdpl, Tapanuli Utara



Salam Petualang…
Sobat petualang jika kita cerita tentang danau toba maka tidak akan ada habisnya, sebuah keindahan alam yang di anugrahkan Tuhan terhadap Provinsi Sumatera Utara telah menjadi icon pariwisata dunia. Danau yang terluas di Asia Tenggara ini bukan menjadi rasia lagi karena setiap sudut-sudut dan pinggirannya memiliki cerita keindahan tersendiri ditambah lagi bukit-bukit yang berbaris yang terlihat mengelilinginya dan pulau-pulau yang terbentang di atasnya telah menjadi daya tarik dan ciri khas keindahan danau toba. Karena luasnya danau toba ini dapat mencakup beberapa wilayah kabupaten yang ada di Sumatera Utara, sehingga jika sobat berkunjung kebarbagai wilayah yang terdapat di beberapa kabupaten tersebut sobat akan dapat melihat keindahan danau toba dengan berbagai versi dari setiap sudut wilayah yang telah dicakupnya. Seperti Kabupaten Tapanuli Utara yang telah menjadi kunjungan saya dan sobat-sobat dari Jejak Adventure dalam rangka silatuhrahmi kesalah satu sobat Jejak yang ada di Tarutung. Dalam rangka silatuhrahmi ini kami coba memanfaatkan untuk berkunjung kesebuah desa yang terdapat di tepian danau toba, tepatnya desa hutaginjang.

Hutaginjang merupakan nama desa yang berada di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanui Utara, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa ini berada diatas pinggiran danau toba dengan ketinggian 1.550 mdpl (meter diatas permukaan laut) dengan memiliki curah hujan 1.234 mm/thn. Kecamatan Muara memiliki luas kira- kira 79,75 KM2 atau 2,10 % dari luas Kabupaten Tapanuli Utara secara keseluruhan. Kawasan Wisata Alam Sijaba Hutaginjang Sebelum menjadi objek wisata merupakan kawasan hutan produksi terbatas. Sebagian besar penduduk yang berada di sekitar Wisata Alam Sijaba Hutaginjang menggantungkan hidupnya dari bertani. Data kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik setiap tahun meningkat. Kawasan Wisata Alam Sijaba Hutaginjang merupakan objek wisata termuda di propinsi Sumatera Utara. Sarana dan prasarana di kawasan kurang memadai, usaha pengembangan objek wisata Wisata Alam Sijaba Hutaginjang mulai berkembang tahun 2005-2012 . Wisata Alam Sijaba Hutaginjag sudah mulai dikembangkan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta lainnya.

Dalam proses pengembangan tersebut ditempat ini telah dibangun sebuah rumah doa bagi umat kristiani di lereng bukit Hutaginjang ditepian Danau Toba dengan tujuan untuk memberkati daerah Tapanuli Utara. Rumah doa ini terdiri 26 (dua puluh enam) buah kamar-kamar yang menghadap langsung ke danau toba. Kamar-kamar doa dibangun sedemikan rupa sehingga setiap orang yang berdoa didalam kamar dapat menikmati kesejukan udara tepian danau serta langsung dapat memandang lewat kaca jendela tembus pandang ke arah hamparan sawah hijau dan permukaan air danau yang berwarna biru, sungguh suatu pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan.

Tidak salahnya jika para sobat berkunjung kemari, lokasi tempat yang masih asri dan sejuk yang jauh dari hiruk pikuk kota menjadikan tempat ini cocok untuk bersantai dengan menikmati keindahan panorama pandang danau toba dan hamparan sawah hijau. Untuk masuk kelokasi wisata alam sijaba Hutaginjang sobat tidak dikenakan retibusi masuk. Dan di lokasi ini tersdia warung-warung yang menyajikan makanan dan miuman bagi pengunjung yang datang dan ada juga yang menjual pernak pernik sebagai kenang-kenangan. Wisata alam sijaba hutaginjang dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat maupun kenderaan roda dua, karena lokasi berada di ketinggian maka trek yang dilalui cukup menanjak, jalan lumayan baik karena sudah aspal. Wisata alam sijaba hutaginjang dapat ditempuh dari Siborong-Borong yang maish termasuk dalam wilayah Tapanuli Utara dan juga dapat ditempuh dari Dolok Sanggul yang merupakan wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Semoga wawasan kami ini dapat membantu sobat-sobat yang ingin berkunjung ke wisata alam sijaba hutaginjang. Terimakasih..
5 Celoteh Rimba: Agustus 2014 Salam Petualang… Sobat petualang jika kita cerita tentang danau toba maka tidak akan ada habisnya, sebuah keindahan alam yang di anu...

Air Terjun Janji, Baktiraja

 
Salam Petualang…
Tidak ada habis-habisnya jika kita menelusuri Sumatera Utara hanya untuk mencari dan menikmati pesona-pesona alam yang diciptakan Tuhan di alam kita ini khusunya Sumatera Utara, karena keindahan-keindahan yang diciptakan di alam kita ini merupakan tanda-tanda kebesarannya bagi orang-orang yang menyadari hal tersebut. Terlalu banyak spot-spot keindahan alam yang dieprlihatkan-Nya kepada kita sebagai makhluk ciptaanya mulai dari Danau, Laut dan pantianya, Pegunungan, Sungai, Gua, Air tejun, dll semua itu memiliki karekter keindahan yang berbeda-beda walaupun masuk dalam kategori yang sama.

Air Terjun Janji, sebuah pesona alam yang yang terdapat di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Air terjun tersebut telah menjadi target Jejak Adventure sebagai Pecinta dan Penjelajah Alam, tidak sulit untuk mencapai air terjun ini jaraknya tidak begitu jauh dari Dolok Sanggul yang merupakan ibukota Kabupaten Humbang Hasundutan. Hanya dengan jarak tempuh sekitar 30-45 menit atau berkisar lebih kurang 22 km, sobat bisa mencapai air terjun ini menggunakan kendaraan peribadi seperti kenderaan roda empat maupun roda dua. Akses menuju lokasi air terjun ini sudah aspal dan mudah dilalui, hanya saja terlihat sempit dan berbukit ketika sudah melewati pusat pasar Kecamatan Baktiraja, karena disebelah kiri merupakan bukit-bukit cadas dengan pepohonan-pepohonan hijaunya dan sebelah kanan merupakan danau toba yang terbentang luas dengan pesona keindahan yang tiada taranya. Untuk melintasi akses ini harus berhati-hati karena jalan yang sempit, berbukit-bukit dan kelokan yang mengikuti pinggiran perbukitan cukup beresiko, ditambah lagi jurang-jurang yang langsung berlandaskan danau toba cukup membuat adnarlin kita bergejolak.

Air terjun ini berada tepat di pinggir danau toba, air yang jernih yang jatuh dari perbukitan yang tinggi dan menghempas batu-batu yang cukup besar di bawahnya menciptakan salju-salju embun yang ditiup oleh angin. Jika melihat kondisi seperti itu kami teringat dengan penelusuran saya ke air terjun sikulikap yang ada di panetapan Berastagi. Sementara di bagian bawahnya atau aliran dari jatuhnya air terjun janji terlihat sebuah tempat pemandian sederhana yang dibuat oleh penduduk setempat agar semua orang bisa mandi disini dan merasakan sejuknya air yang tumpah dari ketinggian lebih kurang 30 meter dan bermuara langsung menuju danau toba ini. Ada dua ruang yang disediakan yaitu untuk pria dan wanita yang dibatasi atau dibuat bilik-bilik. Lokasi jatuhnya air terjun janiji ini berkedalaman sekitar 1 meter, karena derasnya air yang jatuh ini cukup berbahaya jika kita langsung mandi-mandi di bawah tepat air terjun itu jatuh.

Untuk masuk ke lokasi air terjun ini tidak di pungut biaya, namum jika sobat tidak keberatan sobat hanya di harapkan mau berbelanja jajanan-jajanan atau minum-minuman yang ada terjual di lokasi tersebut. Dari pintu masuk sobat harus berjalan lebih kurang 100 meter untuk mencapai lokasi air terjun tersebut. Lokasi yang masih asri akan kesejukan alam bebas di tambah lagi pesona-pesona pandang danau toba, semua itu akan membuat kita tidak ingin beranjak dari sana. Tidak jauh lagi dari lokasi air terjun janji, sobat dapat menikmati kuliner di restoran apung yang berada di desa Tipang. Restoran ini terapung diatas permukaan danau toba, sehingga kita bisa menikmati kuliner sambil memandangi keindahan danau toba, menu khas di restoran ini adalah ikan bakar yang ikannya kita bisa pilih dengan menangkap sendiri dari kolam-kolam ikan yang tersedia dan ikan bakar yang telah siap saji itu akan ditemani dengan sambal daliman, sambal yang merupakan cirri khas orang batak.
5 Celoteh Rimba: Agustus 2014   Salam Petualang… Tidak ada habis-habisnya jika kita menelusuri Sumatera Utara hanya untuk mencari dan menikmati pesona-pesona alam ya...
< >