Salam Petualang..
Jika kita
membicarakan Deli Serdang maka tidak akan ada habisnya, kabupaten yang satu ini
benar-benar suatu wilayah di Sumatera Utara yang banyak menyimpan cagar-cagar
alam yang eksotis yang patut kita kembangkan untuk memajukan Pariwisata di
Indonesia khusunya di Sumatera Utara itu sendiri. Di wilayah ini pula saya dan JEJAK Adventure
sering melakukan perjalannya. Seperti trip
kami ke Danau Liniting, Goa Tao, Air terjun Pelangi Indah, Air terjun Telaga
Dua Warna dll, itu semua terdapat diwilayah Deli Serdang. Dan masih banyak lagi
yang belum kami teleusuri cagar alam yang terdapat disana.
Jembatan gantung Lau Hulung,
mungkin sobat sudah tahu apa itu jembatan gantung, dan sebagian sobat sudah
pernah dengar tentang jembatan gantung yang ada di Deli Serdang yaitu jembatan
Lau Hulung, jembatan ini terdapat di Desa Durian Tinggung, Kec. STM Hulu, Kab.
Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara. Menurut informasi yang di dapat jembatan
gantung yang memiliki panjang lebih kurang 160 meter dan kedalaman lebih kurang
160 meter ini telah ada beberapa tahun
yang silam, sekitar tahun 1979 perbaikan jembatan yang pertama kali dilakukan.
Jemabatan gantung Lau Luhung
adalah jembatan yang menghubungkan antara Desa Durian Tinggung dengan Desa
Tanjung Raja, jembatan ini adalah satu-satunya jembatan sebagai sarana lalu
lintas penduduk untuk keperluan dagang, pertanian, dan keperluan lainnya.
Jembatan yang dibawahnya mengalir sungai buaya yang akan bermuara sampai sungai
ular yang terdapat di daerah Perbaungan Deli Serdang ini telah menjadi icon
wisata lokal di Kec. STM Hulu Deli Serdang, tidak sedikit orang yang berasal
dari luar daerah hanya sekedar mampir untuk melihat-lihat dan untuk
mengabadikan momen tersebut.
Jika sobat lihat saat ini
jembatan ini sudah tidak lagi difungsikan sebagai sarana lalu lintas lagi,
kerena usianya yang sudah tua yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melaluinya.
Sebagai penggantinya Pemerintah membangun kembali jembatan baru yang berada
tidak jauh dari jembatan Lau Luhung yang lama. Pembangunan jembatan yang
dimulai sejak tahun 2009 ini telah di anggarkan senilai Rp. 38 miliar, dengan
kontrak kerja selama 2 tahun dan banyak juga kasus-kasus yang terjadi dalam
proyek pembangun jembatan ini, mungkin sobat sudah mengertilah hal-hal ini
seperti ini.
Saat ini jika dilihat
jembatan ini sepertinya belum sepenuhnya 100% selesai, tapi jembatan ini sudah
bisa difungsikan sebagai sarana lalu lintas yang menghubungkan kedua desa
tersebut, jambatan yang lama yang hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan
kenderaan roda dua, tapi kini dengan pembangunan jembatan yang baru untuk
kenderaan roda empat sudah dapat melaluinya. Selain menjadi penghubung dua
desa, jambatan ini bisa manjadi akses ke tanah karo, simalungun, dan bahkan ke
danau toba yang telah menjadi icon pariwisata Indonesia dapat kita tempuh
melalui daerah ini.
Tapi disayangkan sekali
jembatan yang baru ini disalah fungsikan oleh pemuda-pemuda yang hoby balapan,
setiap sore harinya terutama hari libur
jembatan ini di jadikan arena balapan liar oleh pemuda-pemuda desa yang
berasal dari beberapa desa. Kegiatan itu sangat membahayakan pengguna jalan
yang melaluinya, sehingga mengganggu wisata yang berkunjung ke jembatan ini.
Diharapkan pemerintah daerah dapat mengatasi masalah ini, agar jembatan Lau
Luhung ini bisa kita jadikan situs budaya yang bisa kita peromosikan kekhlayak
ramai.
Artikel Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar