Selasa, 10 Juni 2014

Menelusuri Rimba TNGL, Bukit Lawang



Salam  Petualang..
“Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 ha yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang mencakup TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang mencakup TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 mdpl di Aceh. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Secara yuridis formal keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser untuk pertama kali dituangkan dalam Pengumuman Menteri Pertanian Nomor: 811/Kpts/Um/II/1980 tanggal 6 Maret 1980 tentang peresmian 5 (lima) Taman Nasional di Indonesia, yaitu : TN.Gunung Leuser, TN. Ujung Kulon, TN. Gede Pangrango, TN. Baluran, dan TN. Komodo. Berdasarkan Pengumuman Menteri Pertanian tersebut, ditunjuk luas TN. Gunung Leuser adalah 792.675 ha. Pengumuman Menteri Pertanian tersebut ditindaklanjuti dengan Surat Direktorat Jenderal Kehutanan Nomor: 719/Dj/VII/1/80, tanggal 7 Maret 1980 yang ditujukan kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa diberikannya status kewenangan pengelolaan TN. Gunung Leuser kepada Sub Balai KPA Gunung Leuser.

Diterimanya Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera ke daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 2004, membuat Taman Nasional Gunung Leuser juga masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, bersama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Sebagai dasar legalitas dalam rangkaian proses pengukuhan kawasan hutan telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 276/Kpts-II/1997 tentang Penunjukan TN. Gunung Leuser seluas 1.094.692 ha yang terletak di Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa TN. Gunung Leuser terdiri dari gabungan :

1. Suaka Margasatwa Gunung Leuser  : 416.500 ha
2. Suaka Margasatwa Kluet  : 20.000 ha
3. Suaka Margasatwa Langkat Barat  : 51.000 ha
4. Suaka Margasatwa Langkat Selatan  : 82.985 ha
5. Suaka Margasatwa Sekundur  : 60.600 ha
6. Suaka Margasatwa Kappi  : 142.800 ha
7. Taman Wisata Gurah  : 9.200 ha
8. Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas  : 292.707 ha

Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007, Saat ini pengelola TNGL adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Departemen Kehutanan yaitu Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) yang dipimpin oleh Kepala Balai Besar (setingkat eselon II). Salah satu Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang terkenal di dalam kawasan TNGL adalah Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera - Bukit Lawang di Kawasan Wisata Alam Bukit Lawang - Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Sisi lain, taman nasional ini juga mendapat perhatian karena maraknya kasus penebangan pohon illegal di beberapa lokasi yang menyalahi reservasi lingkungan. Sebagian besar kawasan TNGL memiliki topografi yang curam dan struktur dan tekstur tanah yang rentan terhadap longsor. Hal ini terbukti pada saat banjir bandang yang menghancurkan kawasan wisata alam Bukit Lawang beberapa tahun lalu. Untuk lebih menjaga TNGL dari kerusakan yang lebih parah maka dibentuklah suatu kawasan yang disebut Kawasan Ekosistem Leuser. Kawasan yang memiliki luas 2,6 juta hektare ini meliputi area yang lebih datar di sekeliling TNGL dan berfungsi sebagai penyangga (buffer).

Di taman nasional ini terdapat 130 jenis mamalia di antaranya : orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), sarudung (Hylobates lar), siamang (Hylobates syndactilus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestriana) dan kedih (Presbytis thomasi). Satwa karnivora di antaranya : macan dahan (Neofelis nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus), harimau sumatera (Phantera tigris Sumatraensis). Satwa herbivora yang ada di taman nasional ini adalah gajah sumatera (Elephas maximus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), dan rusa sambar (Cervus unicolor).

Diperkirakan ada sekitar 89 spesies langka dan dilindungi berada di Taman Nasional Gunung Leuser, di antaranya : Orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Rangkong papan (Buceros bicornis), Ajag (Cuon Alpinus), Siamang (Hylobates syndactylus).
Diperkirakan ada sekitar 325 jenis burung di Taman Nasional Gunung Leuser di antaranya : rangkong badak (Buceros rhinoceros). Fauna reptilia dan amphibia didominasi ular berbisa dan buaya (Crocodillus sp). Di sini terdapat ikan jurung (Tor sp), ikan endemik Sungai Alas yang bisa mencapai panjang 1 meter dan terdapat juga kupu-kupu (butterfly).” (sumber : Wikipedia)

Dari ulasan di atas kita dapat mengetahui tujuan dan fungsi dari TNGL, luas yang dimilkinya, maupun sepsies-spesies yang terdapat di dalam kawasan konservasi ini, TNGL merupakan kawasan konservasi pelestarian alam yang terbesar di Asia Tenggara. Selain kita dapat mengetahui tentang TNGL dari ulasan-ulasan diatas, mungkin kita ingin juga menikmati keindahan-keindahan yang ada didalamnya seperti ekpedisi saya bersama Jejak Adventure mencoba melakukan Junggle tracking untuk dapat menelusuri dan melihat langsung kebesaran dan keindahan yang ada didalam kawasan ini.

Dengan beberapa orang tim Jejak bergerak dari ibu kota Sumatera Utara menuju Bukit Lawang, Untuk mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara) melewati Medan - Binjai - Kuala - Tanjunglangkat – Salapian hingga Kecamatan Bahorok dari Bahorok Sobat tidak jauh lagi dengan menuju barat daya kawasan desa bukit lawang. Dengan kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan dengan jarak sekitar 80 km. Kondisi jalan menuju kawasan Bukit Lawang sangat baik dan telah diaspal, perjalanan yang Sobat temui cukup berkelok dan berbukit.

Karena Bukit Lawang merupakan salah satu pintu masuk untuk menuju kawasan TNGL ini, sesampai disana tim jejak akan memulai penjelajahan alam TNGL, untuk menelusuri kawasan ini kami harus menunggu sobat jejak yaitu Sofyan dan Erwin, mereka adalah sobat jejak yang bermukim di desa Bukit Lawang dan mereka telah hafal trek-trek kawasan hutan TNGL karena mereka sudah sering keluar masuk kawasan ini sebagai pemandu wisata alam untuk wisatawan asing maupun lokal, jika sobat ingin  berkunjung ke Ekowisata Bukit Lawang mungkin sobat bisa gunakan jasa mereka sebagai pemandu, jika sobat ingin berkunjung ke tempat-tempat yang menarik tapi sobat tidak tahu letak atau posisinya dimana. Dan jika sobat ingin mencari informasi mereka sobat bisa berkunjung ke website mereka disini.

Setelah sobat yang kami nanti sudah datang kami langsung melakukan penelusuran TNGL, tapi penelusuran TNGL ini kami hanya ambil trek terdekat saja yang dapat ditempuh 2 – 3 jam berjalan kaki (tracking), sebab tim jejak belum ada waktu untuk menelusuri trek-trek terjauhnya yang bisa memakan waktu 5 hingga 7 hari, sebab itu membutuhkan persiapan yang matang baik itu kondisi fisik, stamina dan perlengkapan-perlengkapan yang di butuhkan dalam perjalanan kelak. Dan karena masih ada tuntutan tanggung jawab sebagai rutinitas sehari-hari diluar Jejak Adventure yang merupakan wadah kami dalam melakukan penggiat alam.

Dalam juggle tracking ini kami banyak disuguhkan pemandangan-pemandangan alam yang masih asri, melewati perkebunan milik warga hingga wilayah penelitian berbagai jenis tanaman maupun hewan yang dilindungi. Dan juga kami mencoba menelusuri gua kampret yang dihuni oleh ribuan kekelawar didalamnya, didalam gua ini kami dapat melihat langsung kekelawar kecil yang bergelantungan di langit-langit gua, dapat melihat satalagtit dan satalagmit yang menjadi keunikan gua-gua, dan yang marik adanya batu-batu kecil yang mengandung besi.

Setelah kembali dari gua kampret kami melanjutkan perjalanan melintasi rimba TNGL, disinilah adnarlin kami di coba, karena trek yang turunan dan berbukit itu cukup menguras stamina kami, ditambah lagi medan trek yang cadas, licin, lembab, dan akar-akar pohon yang menjalar-jalar dapat saja mencidrai kami jika kami tidak waspada dan hati-hati. Didalam hutan ini kami banyak menemui barbagai jenis pepohon yang hidup di hutan hujan tropis ini baik yang masih berusia dini hingga ratusan tahun dan dengan ketinggian maupun diameter batang pohon yang beraneka ragam.

Tidak kalah serunya kami dapat melihat langsung Primata orangutan yang ada disana, tutur sobat kami primata itu merupakan salah satu spesies mamalia yang dilindungi, awalnya primata itu masuk dalam karantina konservasi hewan mamalia yang ada di TNGL setelah primata itu mampu beradaptasi dengan lingkungannya baru primata orangutan itu delepas di alam bebas seperti yang kami lihat, jadi jika sobat beruntung sobat juga dapat memberi makan langsung orangutan tersebut, namun harus dalam pengawasan untuk menjaga kelestarian orangutan dari hal-hal yang tidak di inginkan dan juga untuk keselamatan kita, karena bisa saja orangutan tersebut menyerang kita jika dia merasa tertanggu, maka disarankan jika memasuki hutan TNGL jangan berisik yang dapat memencing kemarahan hewan disana yang merasa tertanggu. Yang menarik lagi primata orangutan yang dilepas di alam TNGL ini memeiliki nama sob..!!! tutur sobat jejak ada yang bernama Sandra, Mina dan Pesek. Sobat kami itupun tahu ciri-ciri mereka sehingga mereka tahu sesuai namanya masing-masing.

Perjalanan kami lanjutkan untuk mencapai titik terakhir penjelajahan kami, disini kami harus menyebarangi beberapa hulu sungai yang ada di tengah hutan TNGL ini, hulu sungai tersebut mengalir menuju hilir sungai Bukit Lawang. Dan juga masih trek sebelumnya harus melintasi turunan dan tanjakan yang terjal, yang harus tetap waspada dan berhati-hati yang terpenting kerjasama tim untuk melalui medan-medan yang sulit dilalui. Dalam perjalanan menuju titik terakhir ini kami disuguhkan dengan sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi, berkisar 3 meter dengan lebar sekitar 2 meter dan debit air yang tidak telalu deras menjadikan air terjun ini dapat dijadikan pemandian melepas rasa lelah kami, ternyata air terjun ini sudah memiliki nama yaitu “Air terjun Ariko” yang berarti Ayo datang kemari, nama yang berasal dari suku karo yang merupakan mayoritas penduduk setempat.

Setelah menikmati kesejukan air terjun ariko kami lanjutkan perjalanan ke hilir sungai Bukit Lawang karena disana sudah menanti tantangan yang akan menguji adnarlin kami, hilir sungai itu adalah titik terakhir trek pendek TNGL ini. Setelah sampai di hilir sungai kami harus menyeberangi sungai dengan kereta gantung yang telah tersedia, seru, menakutkan, menantang itulah kata-kata yang terlintas dalam benak kami. Diseberang sungai tersebut telah terakit ban-ban yang sudah siap kami gunakan untuk arung jeram (rafting), tapi rafting kali ini berbeda dengan rafting yang kita tahu sob, rafting disini merupakan ciri khas kegiatan ektrim Bukit Lawang dengan medianya adalah ban-ban dalam yang dirakit menyerupai arung jeram biasanya.

Rafting ban di Bukit Lawang ini tidak kalah serunya degan rafting-rafting yang sobat tahu, menantang, menakutkan, sangat menguji adnarlin kita sob. Arus air sungai yang deras dan bergelombang itulah yang harus kita hadapi ditambah lagi batu-batu sungai yang cadas dan besar-besar dapat saja menggulingkan kami jika driver-driver rafting tidak terlatih.
Artikel Terkait :
5 Celoteh Rimba: Menelusuri Rimba TNGL, Bukit Lawang Salam  Petualang.. “Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia sel...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

< >