Salam Petualang..
Kampret adalah kekelawar
kecil, binatang ini bisa kita temui di tempat-tempat gelap yang jauh dari
cahaya dan memiliki kelembaban seperti gua-gua terkadang bergelantugan di
dahan-dahan pohon yang rindang. Karena binatang ini suka beraktivitas di malam
hari maka jika disiang hari kita jarang melihatnya. Tapi jika sobat ingin
melihat langsung sobat bisa datang di Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL)
tepatnya di Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara.
Setelah trip ke Air terjun
Lau Balis, kini kami kembali untuk menapaki Goa Kampret yang berada di
Bukit Lawang dengan tujuh orang kami berangkat dari Medan, Untuk
mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota Medan
(ibukota Propinsi Sumatera Utara) melewati Medan - Binjai - Kuala -
Tanjunglangkat – Salapian hingga Kecamatan Bahorok dari Bahorok Sobat tidak
jauh lagi dengan menuju barat daya kawasan desa bukit lawang. Dengan kendaraan
umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kendaraan pribadi dengan
waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan dengan jarak sekitar 80 km. Kondisi
jalan menuju kawasan Bukit Lawang sangat baik dan telah diaspal, perjalanan
yang Sobat temui cukup berkelok dan berbukit.
Setelah kita sampai di depan
pintu masuk Ekowisata Bukit Lawang kami harus menyelesaikan urusan administrasi
sebesar 15.000 rupiah/kenderaan yaitu biaya masuk dan parkir, karena kami
mengunakan sepeda motor jadi biaya yang kami uraikan adalah berdasarkan
kenderaan yang kami gunakan Sob. Setelah semua selasai kami bergegas masuk
menuju parkiran, kemudian kami istirahat sejenak sambil menunggu sobat kami
Erwin dan Sofyan, mereka adalah sobat saya yang tinggal di Bukit
Lawang, sebab kami tidak ada yang tahu
pasti akses menuju lokasi gua kampret tersebut jadi kami gunakan jasa sobat
kami tersebut untuk membawa kami ke lokasi yang kami tujuh.
Oh ya Sob, Erwin dan Sofyan
mereka berdua adalah pemandu lokal
wisata di Bukit Lawang, jadi jika sobat ingin berkunjung ke Bukit Lawang dan
tidak tahu tujuan wisata yang menarik disana sobat sekalian bisa gunakan jasa
mereka sebagai guide.
Setelah mereka datang, kami
langsung berangkat menuju lokasi gua kampret, untuk menuju gua kampret kami
harus tracking dengan jarak tempuh lebih kurang 2 km untuk sampai ke mulut gua dengan
menyelusuri areal perkebunan karet dan sawit, setelah itu kami melihat sebuah
gubuk yang dengan seorang anak muda berada disana, biasanya yang berada di
gubuk itu adalah orang paruh bayah mungkin anak muda itu adalah anak dari bapak
tersebut. Gubuk tersebut sering digunakan tempat peristirahatan setelah
melakukan perjalanan dan sebelum maupun sesudah masuk ke gua kampret tersebut. Dan
untuk masuk kelokasi gua kampret akan di kenakan biaya sebesar 5.000 rupiah/
orang, kepada Bapak atau anak muda itulah kita harus membayarnya, menurut
informasi media sosial yang kami dapat ternyata gua kampret ini bukan milik
Pemda Langkat Sumatera Utara atau masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Lauser (TNGL) tetapi gua kampret ini milik pribadi dari seorang warga yang
ternyata pemilik goa ini adalah Bapak tua tersebut, setelah kami coba cari
tahu tentang kepemilikan goa ini, sumber mengatakan gua
ini milik bersama bukan milik pribadi siapapun, dengan alasan yang kuat bahwa
mereka selalu berganti dalam penjagaan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke
goa
kampret tersebut. Jika pernyataan itu benar tentang kepemilikan gua ini, bisa
jadi goa ini milik Pemda Langkat, karena tidak ada hak peribadi
warga didalam pernyataan tersebut. Kesimpulan, siapapun pemiliknya yang penting
keberadaan goa ini mampu membantu pencarian warga dan semoga dapat menjadi
icon wisata di Bukit Lawang khususnya dan Sumatera Utara umumnya.
Untuk menuju mulut goa dari gubuk tempat
peristirahatan kami harus menapaki babatuan-bebatuan licin dan berlumut,
pintu masuk untuk kemulut goa adalah dua buah batu besar
yang menyisakan celah seukuran tubuh orang dewasa dengan tangga dari kayu dan akar-akar pohon sebagai
alat bantu untuk menapaki bebatuan-bebatuan licin dan berlumut tersebut dan
kami harus penuh kehati-hatian jika ceroboh akan menimbukan cidera pada
diri kami. Didepan, kami melihat mulut goa yang memiliki ruang luas
dengan cahaya, sebelum memasuki mulut goa kami melihat batang-batang
pohon yang berdiri kokoh dan dipenuhi akar-akar pohon yang bergelantungan, akar
tersebut menjadi daya tarik sebelum kami masuk kemulut goa kampret.
Diruang luas yang masih dipenuhi cahaya tersebut akan terlihat Stalagtit dan
Stalagmit. Untuk memasuki lorong goa yang jauh dari cahaya membutuhkan
penerang untuk menapaki lorong gelap tersebut, jadi kami sarankan sobat harus
membawa senter atau sejenisnya yang bisa menerangi perjalanan sobat, biasanya
pemilik goa juga menyewakan senter.
Ketika memasuki lorong lebih
dalam maka keadaan goa sudah mulai lembab dan basah, didalam goa dapat
di
temukan aliran sungai kecil yang mengalir dan tetesan-tetesan air yang jatuh
dari langit-langit goa yang merupakan rembasan dari tanah. Di aliran sungai
kecil itu ada sebuah batu kecil berukuran bulat mirip biji-bijian yang katanya
batu tersebut mengandung besi. Jika sobat ingin memilikinya sobat dapat
mencarinya di aliran air tersebut. Bukan hanya itu saja di dalam goa ini kami dapat
menemukan batuan yang mirip altar, ada yang berbentuk seorang wanita berambut
panjang yang membelakangi, kemudian ada yang mirip seperti kuburan dengan batu
nisannya. Sepanjang menelusuri lorong yang gelap itu, semakin kedalam tim
dihadiahkan ke eksotisan goa ini, sebab disebagian
lorong goa ini terdapat lokasi-lokasi yang terbuka yang langsung
berhubungan dengan alam luas sehingga cahaya matahari dapat menarangi sebagian
dalam goa sehingga akan terlihat indah dan mempesona.
Semakin jauh kita berjalan
kedalam goa ini, kami harus melewati cela-cela batu goa yang hanya
bisa dilalui satu persatu orang saja
dengan ukuran tubuh tidak terlalu besar, jika ukuran orang gemuk mungkin cela
batu ini tidak dapat dilaluinya dan ada yang harus dilalui dengan cara
merangkak pula. Sungguh manguji adrenalin bukan? Dan suara-suara kekelawar pun
akan terdengar dan mungkin berterbangan di atas kepala kita. Maka jika sudah
didalam di anjurkan sobat jangan bersuara keras maupun membuat keributan karena
hal tersebut dapat menggangu ribuan kekelawar yang bergelantungan dilangait –langit
goa,
jika itu terjadi maka kekelawar itu akan berterbangan tidak tentu arah sehingga
dapat membahayakan kita yang ada didalam goa ini. Untuk menelusuri goa ini sobat harus
menggunakan alas kaki, karena bebatuan yang licin, berlumut dan tajam. Setelah
mencapai ujung goa ini tidak ada jalan alternatif selain tim harus kembali
lagi menapaki trek yang telah dilalui tadi.
Artikel Terkait :
Adventure
- Air Terjun Selang Pangeran, Bahorok
- Pendakian Kemerdekaan Puncak Sibayak
- Bukit Doa Hutaginjang 1550 Mdpl, Tapanuli Utara
- Air Terjun Janji, Baktiraja
- Menelusuri Rimba TNGL, Bukit Lawang
- Air Terjun Ariko, Bukit Lawang
- Air Terjun Lau Belis (Air Terjun Tongkat), Langkat
- Air Terjun Sikulikap, Deli Serdang
- Legenda Goa Kemang, Deli Serdang
- Sampuren Putih, Air Terjun Tingkat Yang Tersembunyi
- Sampuren Teroh Teroh, Langkat
- Penuh Kisah, Trakking Bersama Pramuka
- Air Terjun Pelangi Indah
- Bukit Kapur dan Air Panas Sipoholon, Tarutung
- Ada Goa yang berdekatan dengan Danau!!
- Pesona Danau Linting, Deli Serdang
- Jembatan Gantung Lau Luhung, Deli Serdang
- Bukit Lawang menjadi tujuan wiatasa andalan di TNGL
- Mengapa disebut Air Terjun Dua Warna?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar